Minggu, 25 Juni 2023

Teks Fabel

Penyu Hijau Sang Petualang Laut (Karya: Mulasih Tary)

        

    Pagi hari yang cerah, penyu-penyu kecil tampak berkumpul di rumah Penyu Hijau. Mereka semuaingin mendengarkan cerita dari si Penyu Hijau. Ya, mereka senang sekali mendengarkan cerita pengalaman Penyu Hijau saat menjelajahi lautan luas. Sangat menakjubkan.

            “Aku pernah bertualang bersama sahabatku, Paus. Kalian akan takjub kalau melihat sahabatku itu. Tubuhnya panjang dan besar,” ucap Penyu Hijau mengawali ceritanya.

            Penyu Hijau kembali menceritakan pengalamannya.penyu-penyu kecil sangat sennag. Setiap kali mendengarkan cerita, ada saja pengetahuan baru yang mereka dapatkan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang berangan-angan menjadi petualang laut seperti Penyu Hijau.

            Suatu hari, Penyu Hijau sakit. Ia tidak bisa lagi bercerita. Penyu-penyu kecil jadi sedih. Mereka sangat merindukan Penyu Hijau.

            Penyu-penyu kecil mendatangi rumah Penyu Hijau. Mereka membawa banyak makanan untuk Penyu Hijau. Mereka ingin Penyu Hijau lekas sembuh. Seekor penyu kecil bahkan membawakan obat untuk Penyu Hijau.

            “Cepatlah sehat Penyu Hijau. Kami ignin mendengar ceritamu lagi,” ucap salah satu penyu kecil.

            Dua hari kemudian, Penyu Hijau kembali sehat. Penyu-penyu kecil pun kembali berduyun-duyun mendatangi rumah Penyu Hijau. Rupanya mereka sudah tidak sabar ingin mendengarkan cerita-cerita yang menakjubkan. Penyu Hijau bahagia sekali melihat penyu-penyu kecil berkumpul kembali di rumahnya. Ia berterima kasih pada sahabat-sahabat kecilnya. Mereka sangat peduli dan baik hati.

            “Cerita kali ini pasti lebih seru dari cerita-cerita sebelumnya. Kali ini aku akan mengajak kalian bertualang ke dalam laut. Kalian semua akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa,” ucap Penyu Hijau.

            “Hore…!” Penyu-penyu kecil bersorak gembira. Hari ini mereka tak hanya diam dan mendengarkan cerita, mereka juga akan merasakan asyiknya bertualang di lautan. Rasanya tak sabar menjelajahi lautan luas bersama Penyu Hijau.

Senin, 14 Agustus 2017

Cerita Bersambung



Kelahiranku

Aku baru saja mengetahui bahwa keberadaanku sejak dalam kandungan sempat diragukan bahkan sempat akan digugurkan.
Setiap malam, mimi merasakan sakit yang amat pada perutnya. Siang malam mimi tak bisa tidur nyenyak karena mengeluhkan sakit perut yang tak kunjung mereda. Saat itu, mamang tak mampu membawa mimi ke dokter. “Uangnya hanya cukup untuk makan hari ini saja”, kata mamang. Namun, tak tega sebagai seorang suami, akhirnya mamang mengambil keputusan untuk berhutang.
“Wadone njenengan kena liver, Pak.” Itu kata dokter yang memeriksa mimi.
“Liver adalah salah satu jenis penyakit kerusakan fungsi hati yang sudah parah.” Jelas dokter dengan tegas.
“Silahkan pikirkan untuk tindakan operasi yang harus dijalani, sementara minumlah obat yang saya anjurkan, ini resepnya.”
“Nggih matur nuwun, Pak dokter, ” Mamang meminta berjabat tangan tanpa ekspresi.
Tanpa tanggapan dan jawaban apapun mamang membawa mimi pulang. Resep obatpun tak ditebus. Sepanjang jalan pulang, mamang masih tak percaya akan ucapan dokter. Darimana dokter tau penyakit mimi padahal dokter hanya menanyakan apa yang mimi rasakan saat ini. Mimi pun hanya menjawab sakit perut dan susah susah tidur. Bagaimana mungkin dokter mengatakan mimi mengalami kerusakan fungsi hati padahal dokter tak memeriksa mimi sama sekali. "Kalau begitu, saya juga bisa jadi dokter", canda mamang dalam hati.
Satu bulan, terlewati. Mimi masih saja sering mengeluhkan rasa sakit itu. Mimi merasa badannya panas, merasa tidak nyaman. Dua bulan, tiga bulan terlewati. Semakin parah rasa sakit yang diderita mimi, terlebih lagi mimi menanggung kekhawatiran yang amat besar terhadap kesehatannya. Hingga empat bulan berlalu, selama itu pula mimi terus saja mengeluhkan sakitnya yang tak kunjung sembuh. Mimi sempat putus asa. Kini perut mimi terlihat membesar.
“Itu gejala dari penyakit liver,” kata tetangga yang dianggap cukup kaya di antara tetangga yang lain.
“Penderita liver akan mengalami perubahan pada perut. Perut akan membuncit akibat pembengkakan. Sebaiknya dioperasi, biar saya yang membiayai istrimu, ini demi keempat anakmu. Mereka masih kecil.”
“Besok saya pesan becak untuk membawa istrimu ke Rumah Sakit.” Tegas tetangga kaya itu.
Suasana pun menjadi hening. Entah apa yang mamang pikirkan saat itu. Mamang tak menjawab sepatah kata pun atas tawaran dari tetangga kaya raya itu. Terlebih lagi mimi. Mimi hanya diam dan memegang perut yang kerap membuatnya tak nyaman dalam posisi apapun.
Sepanjang malam mamang berpikir, terus berpikir. Rintihan mimi membuat mamang semakin tak berdaya melihatnya. “Melas temen bojoku”, kata mamang. Tiba-tiba mamang tersadar dari lamunannya.
Ushollii sunnatan tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’aalaa, Allahhu Akbar,
***
Assalamualaikum Warahmatullah, Assalamualaikum Warahmatullah,
Dua rakaat tahajud selesai.Dengan penuh harap, penuh ampunan, mamang memohon kepada Gusti Allah untuk kesembuhan mimi. Satu persatu air mata mamang menetes di atas sajadah yang sudah kusam warnanya.
“Ya allah, kula nyuwun petunjuk saking njenengan. Sak temenane kula rmboten percaya kalih ucapane menungso, lamon kados ini wontene, kula suwun paringaken waras kangge garwa kula. Paringaken petunjuk kangge kula, Ya Allah.”Robbanaa aatinaa fiddunya khasanah, wafil aakhirotu khasanah, wahina azabannar, Aamiin...
***
Ooooaaaaa...ooooaaaa...ooooaaa..
“Astaghfirullahaladzim, ya Allah. Tapi suara bayi siapa itu? Anak saya empat-empatnya sudah bukan bayi lagi.”
Mamang terkejut mendengar suara tangis bayi dipenghujung doa yang mamang panjatkan pada Gusti Allah. Mamang langusng berlari keluar rumah mencari sumber suara tangis bayi tersebut. Ternyata suaranya sudah tak terdengar lagi.
***
Adzan subuh berkumandang. Mamang mengulang doa yang sama. Memohon agar Gusti Allah mendengar dan mengabulkan doa yang telah dipanjatkan. 
Jarum jam tak mau berhenti sedetikpun. Ia tetap bedetak menambah perhitungan waktu menyambut fajar.Kali ini mamang tak berharap sang fajar datang. Mamang tak kuasa melihat mimi dibawa ke rumah sakit untuk operasi.
Tiba-tiba saja mamang teringat suara tangis bayi yang terdengar di sela-sela doa yang sedang mamang panjatkan. “Apakah suara bayi tadi malam adalah bayi dalam rahim istriku?”
“Apa mungkin ini jawaban dari Gusti Allah?” ucap mamang penuh pengharapan.
Sekitar pukul 09.00 WIB tetangga yang sudah berjanji membawa mimi untuk operasi sudah datang. Ia datang menaiki motor dan membawa satu tumpangan becak sesuai dengan yang dijanjikan.
“Istriku tidak terkenal liver, tapi dia sedang hamil anak kelimaku.”
“Itu bukan hamil, tapi itu pembengkakan perut.”
“Saya sangat menghargai kebaikan Anda, tapi saya yakin istri saya tidak sakit, dia hamil lagi.”
Mamang sangat memahami niat baik tetangga untuk membantu mimi. Tapi mamang tetap menolak kalau mimi harus dioperasi. Setelah perbincangan yang cukup memakan waktu, akhirnya tetangga kaya itu menyerah.
“Ya sudah, jika kamu menanggap demikian. Semoga benar adanya.”
Sejak saat itu mamang selalu menguatkan mimi dengan mengatakan bahwa mimi tidak sakit, tapi mimi sedang hamil. Sejak itu pula, mimi mulai melawan sakitnya. Sedikit demi sedikit mimi mulai beraktifitas seperti biasa. Mamang pun nguli lagi seperti biasa.
Sampai datang pada bulan ke sembilan. Keresahan mulai menghantui mimi.
***
“Sudah sembilan bulan lebih ko belum lahiran juga?” Kata mimi.
“Mungkin anak kita kembar”, jawab mamang tanpa dasar. “Besok kita ke bidan.”
“Kalau bidan juga bilang ini liver, bagaimana?”
“Nanti aku sendiri yang akan membantu kelahiran anak kita.”
Mamang sama sekali tidak tahu apa yang harus dijelaskan kepada mmi atas rasa kekhawatiran yang mimi alami. Tapi mamang selalu berusaha untuk meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
***
Esok pun datang. Mamang membawa mimi ke bidan. Mimi mendapat nomor antrian sepuluh.
“Bagaimana ini, Mang, perut saya sudah membesar, kalau ternyata ini bukan hamil bagaimana?”
Sambil menggenggam tangan mimi, mamang berbisik “Gunakan nalurimu sebagai seorang ibu, jangan terpengaruh omongan orang.”
***
“Nomor antrian sepuluh silahkan masuk!” 
***
Meski mamang selalu terlihat tegar, tak dipungkiri rasa takut dan khawatir pun mamang rasakan. Mamang sedih jika kenyatannya berlainan dengan harapan dan keyakinannya. Badan mamang gemetar melihat mimi berbaring diperiksa oleh bidan. Bidan camat namanya.
“Silahkan, Bu, duduk. Perintah bidan setelah selesai memeriksa mimi.”
Bu bidan menuliskan sesuatu di atas kertas, tulisannya tak terbaca oleh mamang. Sangat berdebar jantung mamang saat itu. Bagaimana kalau ternyata ...
“Jadi begini pak, hasil pemeriksaan bisa diperkirakan hanya menunggu beberapa hari saja anak bapak dan ibu akan lahir. Jika sudah tiba waktunya datang saja kesini nanti saya bantu persalinannya.”
Tangis haru mamang dan mimi pecah. Bidan camat melongo melihat mimi dan mamang.
“Mengapa ko menangis? Bayi bapak dan ibu baik-baik saja. Sebentar lagi akan lahir. Mengapa bersedih?”
Kemudian mamang dengan tangis bahagia menceritakan semua kisah yang dialami selama mimi mengandung. Bidan pun ikut terharu. Bidan menganggap bahwa ini adalah keajaiban dari gusti Allah.
***
Hingga jatuhlah waktunya, mimi berjuang melahirkan anak kelimanya. Mamang menunggu mimi dengan sejuta perasaan yang mengharu biru. Segala kekhawatiran yang menakutkan ternyata tak terjadi. Entah ini kekhilafan dokter yang mendiagnosa mimi terkena liver atau bukan. Tapi mamang sangat meyakini bahwa ini adalah mujizat dari Gusti Allah. Ini rencana indah dari Gusti Allah. Ini cara Gusti Allah kembali mempercayakan mimi dan mamang menjaga amanah baru. Dikaruniakan lagi seorang anak yang sejak dalam kandungan sempat akan dioperasi, yang artinya jika operasi itu dilakukan maka tak akan lahir anak kelima mimi dan mamang. 
Akhirnya, Jumat 10 Maret 1995 pukul 02.00 WIB lahirlah seorang bayi perempuan. Bayi itu adalah Aku. Kalau saat itu mamang mengizinkan mimi untuk operasi, maka tulisan ini takan pernah ada, maka cerita ini takan bisa aku bagikan. Maka aku takan pernah ada. 
Terima kasih ya Allah, Engkau telah menciptakan dan menitipkan aku pada kedua orang tua yang begitu hebat, begitu tangguh, dan begitu menyayangiku.
                                                                                    (Bagian 1, Bersambung pada bagian 2)


Agkutan Online Vs Angkutan Konvensional



SUDUT PANDANG “PENUMPANG”

Hidup selalu disandingkan dengan dua pilihan. Di antara kedua pilihan tersebut pasti ada sisi baik dan sisi tak baik. Dari dua pilihan itu tentulah pilihan baik yang dipilih. Jika sudah memilih yang baik, akan muncul pilihan yang baik dan yang terbaik. Tentu pilihan terbaiklah yang akan dipilih, bahkan mungkin dengan banyak pertimbangan yang baik. Begitupun dalam menentukan jenis angkutan apa yang akan dipilih. Tentulah penumpang akan memilih yang terbaik dalam berbagai segi.
             
           Sebagai seorang penumpang angkutan, tentulah banyak pertimbangan sebelum akhirnya lebih memilih untuk menggunakan angkutan online ketimbang angkutan konvensional.  Bagaimana tidak? Bagi seorang penumpang, keberadaan angkutan online sangat membantu dalam berbagai hal. Melalui angkutan berbasis online, para penumpang tidak perlu repot berjalan kaki menuju pangkalan, angkutan online akan menjemput dan mengantar penumpang sampai di depan pintu rumah. Tidak hanya itu, tingkat kenyamanan pun sangat berbanding terbalik antara keduanya. Angkutan berbasis online memberikan kenyamanan yang lebih bagi penumpangnya. Misalnya angkutan online roda empat, penumpang akan merasakan kenyamanan dengan adanya AC dan tempat duduk yang tentunya lebih nyaman dan tenang. Selain itu, misalnya angkutan online roda dua pun memberikan kenyamanan dengan selalu menyediakan helm bagi penumpang. Terlebih lagi, tarif yang sangat terjangkau bahkan bisa dikatakan murah membuat para penumpang beralih dari angkutan konvensional ke angkutan online.
Namun sayangnya, sejak munculnya angkutan online, bersama itu pula muncul polemik keberadaan angkutan online tersebut. Keberadaan angkutan online dinilai sebagai penyebab berkurangnya para penumpang angkutan konvensional. Bahkan ada yang mengatakan bahwa keberadaan angkutan online telah merebut rejeki para sopir angkutan konvensional (padahal sebenarnya rejeki itu sudah ada takdirnya masing-masing). Selain itu, para sopir angkutan konvensional terus menguak ketentuan-ketentuan pengadaan angkutan. Hal itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa angkutan online tidak memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai angkutan. Salah satunya adalah munculnya Peraturan Menteri yang sering disebut-sebut oleh para sopir angkutan konvensional.
Peraturan Menteri ini ditetapkan pada 28 Maret itu mulai berlaku penuh per 1 September 2016. Permenhub Nomor 32/2016 ini antara lain mengatur tentang angkutan orang taksi, pariwisata, serta angkutan orang dengan tujuan tertentu, seperti carter, sewa, dan antar jemput. Cakupan lainnya adalah angkutan berbasis mobil penumpang umum yang dioperasikan di jalan lokal dan lingkungan.
Dengan kata lain, sopir angkutan konvensional menyebutkan bahwa keberadaan angkutan online tidaklah resmi karena tidak termasuk ke dalam peraturan menteri di atas. tidak hanya itu, masih banyak peraturan-peraturan yang menurut sopir angkutan konvensional telah dilanggar oleh sopir angkutan online.
Jika dikaji lebih dalam, polemik ini terjadi karena perbedaan pandangan antara kedua belah pihak. Sopir angkutan konvesional merasa dirugikan oleh angkutan online karena penghasilannya berkurang. Kerugian itu dirasakan pula karena angkutan konvensional yang tercatat memiliki plat kuning tentulah harus membayar pajak, sedangkan angkutan online yang menggunakan plat hitam yang tak membayar pajak. Hal demikianlah yang memicu munculnya kontrofersi antara angkutan konvensional dan angkutan online.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
            Salah satu penyebab munculnya polemik ini adalah perubahan sosial atau yang sering disebut dengan modernisasi. Salah seorang ahli Sosiologi, Peter Barger menyebutkan salah satu ciri modernisasi adalah berkembangnya pilihan individu. Pada permasalahan ini, pilihan individu mulai berkembang. Dengan adanya angkutan online semakin menambah pilihan angkutan. Tentu saja, masyarakat lebih memilih angkutan yang lebih nyaman, mudah, dan murah.
Bagaimana cara mengatasi masalah ini?
            Demo bukanlah sebuah solusi. Demo justru akan memicu tindak kriminalitas dan merugikan masyarakat lain yang mungkin tidak ada keterkaitan dengan masalah yang sedang dialami. Cara mengatasi masalah adalah dengan mencari akar permasalahannya. Pertama, pemerintah sebaiknya mengeluarkan peraturan yang tidak memihak dan bisa menjadi kesepakatan bersama. Selain itu, cara yang kedua bisa dilakukan dengan legalisasi angkutan online menjadi angkutan resmi dan selanjutnya para sopir angkutan konvensional beralih ke angkutan online. Mengapa harus sopir konvensional yang beralih? Karena kanyamana yang ditawarkan angkutan online lebih menarik penumpang untuk berlangganan. Sopir angkutan konvensional harus melek teknologi supaya bisa mengoperasikan aplikasi angkutan online. Jika pun dirasa tak mampu mengoperasionalkan gadget maka bertahankan dengan angkutan konvesional, mungkin saja penumpang yang tidak melek teknologi juga lebih memilih menggunakan angkutan konvensional ketimbang harus ribet otak atik gadget untuk memesan angkutan online. Hal yang tak kalah penting, percayalah bahwa rejeki sudah di atur Allah SWT. Tugas manusia hanya berusaha, berdoa, dan berserah diri kepada-Nya.