MAKALAH
Analisis Pemerolehan Bahasa
Pertama ( Bahasa Jawa ) pada Anak Usia 3 tahun
diajukan
untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah “Psikolinguistik”
dosen
: Mudofar., S.Pd., M.Pd.
oleh : Ismi Izzati (2 A)
113050183
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan
dapat dituangkan pada makalah ini sebagai laporan hasil analisis pemerolehan
bahasa pertama (bahasa jawa) anak usia 3 tahun.
Makalah
berjudul Analisis Pemerolehan Bahasa Pertama pada Anak Usia 3 tahun ini menyajikan fenomena pemerolehan bahasa
pada anak usia 3 tahun yang kerap kali tidak sesuai dengan kaidah gramatikal
suatu bahasa. Untuk itu kajian ini dilakukan agar para calon pendidik dapat
memahami perkembangan bahasa pada anak
Semoga makalah ini bermanfaat
sehingga usaha penulis dan bantuan dari berbagai pihak diridhoi oleh Allah SWT.
Penulis masih mengharapkan adanya kritikan dan saran yang bermanfaat dari semua
pihak. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semuanya dengan pahala
yang berlipat ganda, Amin Ya Robbal
‘Alamin.
Cirebon, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang Penelitian................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah..........................................................................
BAB II KAJIAN TEORITIS.............................................................................................
2.1
Kajian Pemerolehan Bahasa Pertama ..............................................................................
a. Pengertian Pemerolehan Bahasa........................................................................................
b. Hipotesis dalam
pemerolehan bahasa................................................................................
c. Tahap pemerolehan bahasa anak secara universal..............................................................
BAB III.................................................................................................................................
3.1
Metodelogi Penelitian......................................................................................................
3.2
Teknik Penelitian.............................................................................................................
3.3
Data dan Sumber Data....................................................................................................
BAB IV DESKRIPSI DATA.............................................................................................
4.1
Data Kemampuan Fonologi.............................................................................................
4.2
Data Kemampuan Sintaksis.............................................................................................
4.3
Pendeskripsian Data........................................................................................................
BAB V PENUTUP..............................................................................................................
5.1
Kesimpulan......................................................................................................................
5.2
Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang penelitian
Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan,
karena anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan
masih mengalami tahap transisi dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami
oleh mitra tuturnya. Untuk menjadi mitra tutur pada anak dan untuk dapat
memahami maksud dari pembicaraan anak, mitra tutur harus menguasai kondisi atau
lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan
media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan kepada
mitratutrnya di dalam berbicara. Selain menggunakan struktur bahasa yang masih
kacau, anak-anak juga cenderung masih menguasai keterbatasan dalam kosakata dan
dalam pelafalan fonemnya secara tepat. Lingkungan sangat mempengaruhi
perkembangan bahasa anak.
Pemerolehan bahasa yang diartikan
sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai sukses penguasaan yang
lancar serta fasih terhadap bahasa ibu mereka atau yang sering dikenal dengan
bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini pemerolehan bahasa
pada anak akan membawa anak pada kelancaran dan kefasihan anak dalam berbicara.
Rentang
umur anak di usia balita umumnya mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan
ingatan cenderung lebih cepat dibandingkan usia-usia diatas balita. Sehingga
dalam usia-usia tersebut sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik,
anak harus selalu dirangsang dengan sesuatu yang bersifat pedagogig atau
pendidikan. Pendidikan bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di
tingkatkan untuk memperoleh hasil berbicara yang baik.
1.2 Rumusan
masalah
a. Bagaimana bentuk ujaran pemerolehan
bahasa pertama (bahasa jawa) pada anak
usia 3 tahun ?
1.3 Tujuan
dan manfaat
a. Tujuan
Untuk mendeskripsikan bentuk ujaran
bahasa pertama pada anak usia 3 tahun.
b. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
(1) bagi mahasiswa ,yaitu menambah pengetahuan dalam
bidang linguistik khususnya bidang psikolinguistik,
(2) bagi peneliti, yaitu dapat menambah pengetahuan
dan wawasan peneliti dalam bidang kebahasaan, dan
(3) bagi peneliti lain, yaitu sebagai bahan
perbandingan dalam meneliti aspek kebahasaan yang lain
BAB III
KAJIAN TEORITIS
2.1
Kajian pemerolehan bahasa pertama pada anak usia 3 tahun
a.
Pengertian Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa
adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang anak ketika dia memperoleh
bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. (Chaer, 2009 : 167). Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal
seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan
bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan
anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang
mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.
Proses
anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut
dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi
bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa.
Selain
dari pengertian tersebut diatas ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa.
Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba.
Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul
dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik. Penelitian
mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan
bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika
belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318).
Jadi
yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses dimana saat pertama kali
anak mengucapkan kata yang ia ucapkan melalui bahasa yang ia dengar dari orang
dewasa, perlahan ia mengikutinya hingga ia mampu mengucapkan kalimat yang
panjang dan rumit, saat itulah anak mulai memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa
pada anak didapatkan dari lingkungannya sendiri yaitu mulai dari ibunya sendiri
hingga orang-orang disekelilingnya.
Pemerolehan bahasa anak melibatkan
dua ketrampilan, yakni kemampuan menghasilkan tuturan secara spontan dan
kemampuan memahami tturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal itu, maka yang
dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa,
baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan , secara alami, tanpa melalui
kegiatan pembelajaran formal.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemerolehan bahasa :
1. Berlangsung dalam situasi informal, anakanak belajar tanpa beban danberlangsung di luar sekolah (lingkungan tempat tinggalnya).
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembagalembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3. Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.
b. Hipotesis dalam pemerolehan
bahasa
Terdapat
tiga hipotesis dalam pemerolehan bahasa, yakni :
1.
Hipotesis Nurani
Pandangan
yang mengajukan hipotesis nurani ialah bahwa manusia lahir dengan dilengkapi
oleh suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Hal
tersebut sukar dibuktikan secara empiris. Hipotesis nurani ini dibedakan adanya
dua macam hipotesis nurani, yaitu hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nurani
mekanisme (Simanjuntak, 1977).
Hipotesis
nurani bahasa merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua
bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukanoleh fitur-fitur
nurani yang khusus dari organism manusia. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme
menyatakan bahwa proses pemerolehan bahasa oleh manusia ditentukan oleh
perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan
pengalaman.
2.
Hipotesis Tabularasa
Hipotesis
yang dikemukakan oleh John Locke seorang tokoh empirisme, kemudian dianut dan
disebarluaskan oleh John Watson seorang tokoh terkemuka aliran behaviorisme
dalam psikologi. Yakni hipotesis tabularasa yang secara harfiah berarti “kertas kosong” sama halnya
dengan otak bayi pada waktu dilahirkan, yang nanti akan ditulis atau diisi
dengan pengalaman-pengalaman.
Menurut
hipotesis tabularasa ini bahwa semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang
tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi
peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu.
3.
Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Menurut
teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan
struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh
kanak-kanak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang disekitarnya.
Dalam hipotesis ini pemerolehan bahasa kanak-kanak dapat dibagi kedalam tiga
tahapan yaitu:
Ø kanak-kanak
memilih satu gabungan bunyi pendek dari bunyi-bunyi yang didengarnya.
Ø Setelahnya
memahami gabungan bunyi-bunyi pendek selanjutnya kanak-kanak akan mengikuti
seri bunyi yang sama dengan fonetik orang dewasa.
Ø Kemudian
kanak-kanak akan memunculkan fungsi-fungsi tata bahasa.
c. Tahap
pemerolehan bahasa anak
Selain pemerolehan bahasa pada anak yang berlangsung
secara fungsional, ada beberapa pemerolehan bahasa anak – Universal.
Tahap-tahap tersebut ialah:
1.
Praujar (Pre-speach)
Banyak hal yang sangat penting yang berlangsung sebelum bayi mengucapkan kata-kata dalam
bahasa mereka untuk pertama kalinya: bayi belajar untuk memberikan perhatian
terhadap ujaran, perhatian terhadap intonasi, dan nada bahasa jauh sebelum
mereka mengenal berbicara.
2.
Tahap Meraban/Berceloteh (babbling staage)
Tahap ini dimulai ketika bayi mulai berusia beberapa
bulan. Dunia celoteh bayi dimulai kira-kira usia empat sampai enam bulan.
Ditandai oleh bunyi-bunyi yang tidak bisa membedakan secara tepat adanya
perbedan bunyi-bunyi bahasa, banyak diantara bunyi-bunyi ujaran tersebut tidak
merupakan ujaran dalam bahasa yang sedang dipakai dan tidak bermakna.
3.
Tahap Satu Kata (holophrastic)
Bayi mampu menuturkan kakta-kata pertama dalam
kehidupan mereka pada usia senbilan bulan, misalnya mama, dada (kata-kata ini
mirip dengan babbling). Anak tuli bisu yang orang tuanya menggunakan bahasa
tanda mulai membuta bahasa tanda (isyarat) pada usia sekitar delapan bulan.
Pada tahapan ini kata-kata yang diutarakan seringkali disederhanakan agar anak
mudah untuk menirunya.
4.
Menggabungkan Kata (Combining worlds)
Usai 18 bulan sampai 2 tahun. Menjelang usai 2,5
tahun kebenyakan anak-anak berbicara dengan menggunakan kalimat yang mengandung
banyak kata, meskipun tata bahasanya snagat tidak sempurna. Tahap ini berkembang
dengan cepat ketahap kelima yaitu pemerolehan bahasa. Menjelang usia 6 tahun
tatabahasa yang diperlihatkan anak-anak mendekati tatabhasa yang digunakan
orang dewasa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Metodelogi
Penelitian
Penelitian
pemerolehan bahasa pertama (bahasa jawa) yang dilakukan pada anak usia 3 tahun
menggunakan metode kualitatif. Metode Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada
aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat
permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka
menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji
masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat
suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari
metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam
terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori
substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
Adapun metode yang digunakan adalah metode simak dan rekam.
Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dengan metode simak yang bertujuan
untuk menyimak hasil ujaran anak secara baik. Setelah itu data lisan yang sudah
diperoleh melalui hasil simakan dapat di batu dengan teknik rekam yang bertujuan
untuk merekam atau mengingat semua ujaran anak dalam penelitian bahasa yang
sedang berlangsung.
3.2 Teknik
Penelitian
Teknik
yang digunakan dalam penelitian bahasa pertama (bahasa jawa) pada anak usia 3
tahun ini adalah teknik simak libat cakap. Teknik simak libat cakap adalah
suatu tekink yang digunakan dalam sebuah penelitian bahasa yang juga melibatkan
peneliti dalam percakapnnya dengan anak yang sedang di amati. Teknik simak
libat cakap dilakukan dengan menyimak sekaligus berpartisipasi dalam pembicaraan.
Peneliti terlibat langsung dalam dialog baik secara aktif maupun reseptif.
Aktif, artinya peneliti ikut berbicara dalam dialog sedangkan reseptif artinya
hanya mendengarkan pembicaraan informan. Peneliti berdialog sambil menyimak
pemakaian bahasa informan untuk mendapatkan ungkapan larangan. Saat penerapan
teknik simak libat cakap juga disertai teknik rekam, yaitu merekam dialog atau
pembicaraan.
3.3 Data dan
Sumber Data
Data
yang diperoleh peneliti adalah data berupa ujaran anak usia 3 tahun, dengan
identitas sebagai berikut :
Nama :
Zahra Febyanne Maulidah
Tempat, tgl lahir :
Brebes, 19 Desember 2012
Umur :
3 tahun
Alamat :
Ds. Pengabean Losari- Brebes Jawa Tengah
Berikut ini adalah beberapa dialog antara peneliti dan objek penelitian
:
Ismi :
” Zahra lagi apa? ” (Zahra lagi ngapain?)
Zahra : ” Agi mangang. ” (Lagi mangan =
Lagi makan)
Ismi : ” Lawueh apa nok ? ” (Lauknya
apa?)
Zahra : ” Tepe kayo iwat. ” (Tempe karo
iwak = Tempe sama ikan)
Ismi : “ Dih Zahra sandale bagus,
tuku ning ndi nok? ” (Sandalnya bagus beli dimana?)
Zahra : “ agi ning patay yik. ” (Ning
pasar = di pasar)
Ismi : “ Gambar apa kue sandale? ”
(Gambar apa itu sandalnya?)
Zahra : “ Gambay ucing yik. ” (Gambar
kucing Lik *sebutan bibi*)
Zahra : “ Yiyik apa ue? ” (Lilik apa
kue = Lilik apa itu ?)
Ismi : “ Hape. ” (Hp)
Zahra : “ Ape iya? ”
Ismi : “ Iya nok, ibune lagi apa
nok?”
Zahra : “agi agong koh.” (njagong =
duduk )
Ismi : “ Acak ibune dundang .” (Coba
ibunya di panggil )
Zahra : “ Bune ana Yiyik.”
*dst
BAB
IV
DATA
DAN DESKRIPSI DATA
4.1 Data Kemampuan Fonologi
No
|
Ujaran Asal
|
Ujaran Anak
|
Keterangan
|
Terjemahan
|
1
|
<
Lagi >
|
[
agi ]
|
Hilangnya fonem | l |
|
Sedang
(Melakukan)
|
2
|
<
Mangan>
|
[mangang]
|
Perubahan fonem | n | menjadi
fonem | ng |
|
Makan
|
3
|
<
Tempe >
|
[tepe]
|
Hilangnya fonem | m |
|
Tempe
|
4
|
<
Karo >
|
[kayo]
|
Perubahan fonem | r | menjadi
fonem | y |
|
Dan
|
5
|
<
Iwak >
|
[iwat]
|
Perubahan fonem | k | menjadi
fonem | t |
|
Ikan
|
6
|
<
Pasar >
|
[patay]
|
Perubahan fonem | r | menjadi
fonem | y |
|
Pasar
|
7
|
<
Gambar >
|
[gambay]
|
Perubahan fonem | r | menjadi
fonem | y |
|
Gambar
|
8
|
<
Kucing >
|
[ucing]
|
Hilangnya fonem | k |
|
Kucing
|
9
|
<
Kue >
|
[ue]
|
Hilangnya fonem | k |
|
Itu
|
10
|
<
HaPe >
|
[ape]
|
Hilangnya fonem | h |
|
Handphone
|
11
|
<
Njagong >
|
[agong]
|
Hilangnya fonem | j |
|
Duduk
|
12
|
<
Beras >
|
[beyas]
|
Perubahan fonem | r | menjadi
fonem | y |
|
Beras
|
13
|
<
Akeh >
|
[ateh]
|
Perubahan fonem | k | menjadi
fonem | t |
|
Banyak
|
14
|
<
Durung >
|
[duyung]
|
Perubahan fonem | r | menjadi
fonem | y |
|
Belum
|
15
|
<
Banyu >
|
[banu]
|
Hilangnya fonem | y |
|
Air
|
16
|
<
Bubuk >
|
[bubut]
|
Perubahan fonem | k | menjadi
fonem | t |
|
Tidur
|
17
|
<
Arane >
|
[ayane]
|
Perubahan fonem | r | menjadi
fonem | y |
|
Namanya
|
18
|
<
Motor >
|
[motoy]
|
Perubahan fonem | r | menjadi
fonem | y |
|
Motor
|
19
|
<
Bebek >
|
[bebet]
|
Perubahan fonem | k | menjadi fonem
| t |
|
Bebek
|
20
|
<
Manuk >
|
[Manut]
|
Perubahan fonem | k | menjadi
fonem | t |
|
Burung
|
21
|
<
Abang >
|
[aban]
|
Hilangnya fonem | g |
|
Merah
|
22
|
<
Lemu >
|
[Yemu]
|
Perubahan fonem | l| menjadi fonem
| y |
|
Gemuk
|
23
|
<
Topong >
|
[topon]
|
Hilangnya fonem | g |
|
Topi
|
24
|
<
Putih >
|
[puti]
|
Hilangnya fonem | h |
|
Putih
|
25
|
<
Wedus >
|
[widus]
|
Perubahan fonem | e | menjadi
fonem | i|
|
Kambing
|
4.2 Data
Kemampuan Sintaksis
No
|
Ujaran Asal
|
Ujaran anak
|
Makna
|
Terjemahan
|
1
|
Ibu pan
nginung
|
Bu pan mumu
|
Njaluk nginung
|
Minta minum
|
2
|
Bu Kue roti
|
Ue yoti iya
|
Tuku roti
|
Beli roti
|
3
|
Jukutna sandale
isun
|
Ukutna candal
|
Jukut sandal
|
Mengambil
sandal
|
4
|
Pan tuku sosis
|
Pan tuku cosis
|
Tuku sosis
|
Beli sosis
|
5
|
Kaeh bu jaran
|
Kaeh bu jayan
|
Nodokna jaran
|
Menunjukan
kuda
|
6
|
Pan ning ayaeh
|
Pan ning ayaeh
|
Pengen ning
ayah
|
Mau ketemu
ayah
|
7
|
Bukune sapa
kue ikuh
|
Bukune tapa
kae ikuh
|
Bukune sapa
|
Bukunya siapa
|
8
|
Ibune ana bi
mus
|
Bune ana bi
mus
|
Ana bi mus
|
Ada bi mus
|
9
|
Tapa kue ikuh
|
We uh
|
Takon sapa kue
|
Tanya siapa
itu
|
10
|
Ibune kie
kewalik
|
Ibune kie ewalit
katoke
|
Nodokna
kewalik
|
Menunjukan
celananya kebalik
|
11
|
Tuku es krim
|
Uu es im
|
Njaluk tuku es
krim
|
Minta belie s
krim
|
12
|
Jarene pan
tuku baso
|
Jayene pan Uu
bato
|
Tuku baso
|
Beli baso
|
13
|
Emong lah
|
Emon
|
Emong
|
Tidak mau
|
14
|
Tuku baso sih
ibune
|
Uu bato
|
Njaluk tuku
baso
|
Minta beli
baso
|
15
|
Ibu ayuh foto
bu
|
poto bu ayuh
|
Njaluk foto
|
Minta di foto
|
16
|
Dedene sapa
kue
|
Dedene tapa ue
|
Takon dedene
sapa
|
Dedenya siapa
|
17
|
Durung mangan
|
Duyung maem
|
Durung mangan
|
Belum makan
|
18
|
Pan papung
sakie
|
papung takiye
|
Papung sakie
|
Mandi sekarang
|
19
|
Melu bu
|
Meyu
|
Njaluk melu
|
Minta ikut
|
20
|
Ning pasar bae
lah
|
Pasay bae yah
|
Njaluk ning
pasar
|
Minta ke pasar
|
4.3
Pendeskripsian Data
Dari segi fonologi, Zahra yang berumur 3 tahun
sudah mampu untuk berujar. Meskipun
memag ada beberapa huruf yang ia masih belum mampu untuk melafalkannya dengan
baik. Contohnya pada huruf r, l, k, g dan lain-lain. Sebenarnya pada
pola-pola tertentu Zahra bisa melafalkan huruf-huruf tersebut mungkin pada
kata-kata yang mudah diucapkan, namun
pada kosakata yang lebih rumit ia belum mampu melafalkan beberapa huruf seperti
yang sudah disebutkan. Contoh pada kata “lemu” ia tidak bisa melafalkan huruf
“l” karena mungkin baginya huruf “l” masih sulit untuk dilafalkan sehingga ia
lebih memilih melafalkannya dengan huruf “y” pada kata “lemu” ia hanya mampu
mengucapkan dengan kata “yemu”.
Begitu juga pada kata “motor”, Zahra
agaknya sulit mengucapkan fonem “r” sehingga ia ganti dengan fonem “y”, kata
“motor” menjadi “motoy”, pada kata “beras” menjadi “beyas”, pada kata “arane”
(namanya) menjadi “ayane” dan lainnya juga seperti itu mengubah fonem “r”
menjadi fonem “y”.
Selanjutnya, Zahra juga belum mampu
mengujarkan suatu kata yag didalamnya terdapat 2 huruf konsonan yang
berdempetan. Contohnya pada kata “njagong” (duduk) Zahra hanya mampu
mengucapkan “agong” yang berarti dalam pelafalannya Zahra menghilangkan 2 fonem
yaitu fonem “n” dan fonem “j”. Selain itu pada kata “banyu” (air) ia hanya
mampu mengucapkan kata “banu”, ia mencoba mematikan salah satu huruf agar tidak
kesulitan dalam melafalkannya. Dalam hal ini ia mematikan fonem “y” yang
menurutnya lebih sulit untuk diucapkan.
Zahra lebih sering menukar huruf “s”
menjadi huruf “t” Karena mungkin dia sudah terbiasa dan menganggap fonem “t”
lebih mudah dilafalkan daripada fonem “s”. Contohnya pada kata “pasar” Zahra
hanya mampu mengucapkan kata “patay”.
Dari segi sintaksis, Zahra yang
berumur 3 tahun pada umumnya sudah mampu menyusun kalimat dengan baik. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa anak usia 3 tahun tuturannya lebih panjang dan tata
bahasanya lebih teratur. Begitu juga dengan Zahra, ia tidak lagi menggunakan
hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih. Contohnya pada dialog diatas,
Zahra sudah mampu menyususn kalimat sesuai dengan pola, hanya saja terkadang terkesan
buru-buru sehingga ada beberapa kata yang hilang dalam ujarannya. Contohnya
pada kalimat “bu ne ana bi mus”.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas bahwa seorang
anak yang berumur 3 tahun tergolong sudah mampu berujar dan bercakap-cakap.
Hanya saja dalam segi fonologi, masih tergolong kurang untuk melafalkan
bunyi-bunyi tertentu. Patokan umur ini sangat relative, artinya pada tahap
perkembangan neurobiologinya diaman seorang anak sudah dapat mengucapkan
bunyi-bunyi tertentu. Namun pada segi sintaksis, seorang anak sudah mampu
berujar sesuai dengan struktur sintaksis dan dapat dipahami maknanya dan dia
pun mampu memahami makna yang diucapkan lawan bicaranya sehingga lancar dalam
berkomunikasi. Kemampuan-kemampuan verbal berkembang sejak dini dan menjelang
usia 3 tahun, anak sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak
usia dini, mereka dapat meggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat
terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan dan mengetahui tentang bahasa tulisan.
5.2 Saran
Ketika pada masa peniruan, si anak
akan mencoba meniru ucapan yang diujarkan orang dewasa. Untuk itu orang dewasa
dalam berujar ketika sedang bersama dengan anak kecil haruslah menggunakan
bahasa yang baik agar si anak meniru bahasa yang baik itu. Kita sebagai orang
dewasa harus mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, karena hal tersebut
akan sangat berpengaruh pada saat kita bertindak ujar ketika berhadapan dengan
anak-anak yang akan menirukan gaya kita, ucapan, maupun ekspresi wajah kita. Sebagai
orang dewasa yang mengerti dan peduli terhadap pertumbuhan anak dalam
berbahasa, sebaiknya kita tindak lanjuti bagi siapa saja orang yang bertutur
tidak baik dihadapan anak-anak. Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Meskipun kita tahu sebagai manusia yang mengetahui bahwa bahasa kita
bahasa pertama itu berasal dari bahasa ibu, tapi gunakanlah bahasa yang baik
dan sesuai pergunakanlah pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.2004.Sosiolinguistik
Perkenalan Awal.Jakarta:PT Rhineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung:
Angkasa.
http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/
21 Mei 2011
http://akar-bahasa.blogspot.com/2009/02/pemerolehan-bahasa-pertama-dan-bahasa.html 21 Mei 2011
LAMPIRAN