Jumat, 13 Februari 2015

Analisis Pemerolehan Bahasa Pertama ( Bahasa Jawa ) pada Anak Usia 3 tahun



MAKALAH
Analisis Pemerolehan Bahasa Pertama ( Bahasa Jawa ) pada Anak Usia 3 tahun
diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah “Psikolinguistik”
dosen : Mudofar., S.Pd., M.Pd.

oleh     : Ismi Izzati      (2 A)
113050183




PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2014


KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik dan dapat dituangkan pada makalah ini sebagai laporan hasil analisis pemerolehan bahasa pertama (bahasa jawa) anak usia 3 tahun.
            Makalah berjudul Analisis Pemerolehan Bahasa  Pertama pada Anak Usia 3 tahun  ini menyajikan fenomena pemerolehan bahasa pada anak usia 3 tahun yang kerap kali tidak sesuai dengan kaidah gramatikal suatu bahasa. Untuk itu kajian ini dilakukan agar para calon pendidik dapat memahami perkembangan bahasa pada anak
            Semoga makalah ini bermanfaat sehingga usaha penulis dan bantuan dari berbagai pihak diridhoi oleh Allah SWT. Penulis masih mengharapkan adanya kritikan dan saran yang bermanfaat dari semua pihak. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semuanya dengan pahala yang berlipat ganda, Amin Ya Robbal ‘Alamin.






Cirebon, Desember 2014



Penulis






DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1  Latar Belakang Penelitian................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah............................................................................................................
1.3  Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah..........................................................................
BAB II KAJIAN TEORITIS.............................................................................................
2.1 Kajian Pemerolehan Bahasa Pertama ..............................................................................
a. Pengertian Pemerolehan Bahasa........................................................................................
b. Hipotesis dalam pemerolehan bahasa................................................................................
c. Tahap pemerolehan bahasa anak secara universal..............................................................
BAB III.................................................................................................................................
3.1 Metodelogi Penelitian......................................................................................................
3.2 Teknik Penelitian.............................................................................................................
3.3 Data dan Sumber Data....................................................................................................
BAB IV DESKRIPSI DATA.............................................................................................
4.1 Data Kemampuan Fonologi.............................................................................................
4.2 Data Kemampuan Sintaksis.............................................................................................
4.3 Pendeskripsian Data........................................................................................................
BAB V PENUTUP..............................................................................................................
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................
5.2 Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang penelitian

Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami tahap transisi dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami oleh mitra tuturnya. Untuk menjadi mitra tutur pada anak dan untuk dapat memahami maksud dari pembicaraan anak, mitra tutur harus menguasai kondisi atau lingkungan sekitarnya, maksudnya ketika anak kecil berbicara mereka menggunakan media di sekitar mereka untuk menjelaskan maksud yang ingin diungkapkan kepada mitratutrnya di dalam berbicara. Selain menggunakan struktur bahasa yang masih kacau, anak-anak juga cenderung masih menguasai keterbatasan dalam kosakata dan dalam pelafalan fonemnya secara tepat. Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak.
          Pemerolehan bahasa yang diartikan sebagai proses yang dilakukan oleh kanak-kanak mencapai sukses penguasaan yang lancar serta fasih terhadap bahasa ibu mereka atau yang sering dikenal dengan bahasa yang terbentuk dari lingkungan sekitar. Dalam hal ini pemerolehan bahasa pada anak akan membawa anak pada kelancaran dan kefasihan anak dalam berbicara.
                Rentang umur anak di usia balita umumnya mempunyai kemampuan dalam menyerap sesuatu dan ingatan cenderung lebih cepat dibandingkan usia-usia diatas balita. Sehingga dalam usia-usia tersebut sebaiknya mendapatkan pemerolehan bahasa yang baik, anak harus selalu dirangsang dengan sesuatu yang bersifat pedagogig atau pendidikan. Pendidikan bahasa pada anak-anak tersebut harus selalu di tingkatkan untuk memperoleh hasil berbicara yang baik.

1.2  Rumusan masalah
a.       Bagaimana bentuk ujaran pemerolehan bahasa pertama (bahasa jawa)  pada anak usia 3 tahun ?

1.3  Tujuan dan manfaat
a.       Tujuan
Untuk mendeskripsikan bentuk ujaran bahasa pertama pada anak usia 3 tahun.
b.      Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
(1) bagi mahasiswa ,yaitu menambah pengetahuan dalam bidang linguistik khususnya bidang psikolinguistik,
(2) bagi peneliti, yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang kebahasaan, dan
(3) bagi peneliti lain, yaitu sebagai bahan perbandingan dalam meneliti aspek kebahasaan yang lain
















BAB III
KAJIAN TEORITIS

2.1 Kajian pemerolehan bahasa pertama pada anak usia 3 tahun
a. Pengertian Pemerolehan Bahasa
                Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seseorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. (Chaer, 2009 : 167).  Bahasa yang diperoleh bisa berupa vokal seperti pada bahasa lisan atau manual seperti pada bahasa isyarat. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa.
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa.
Selain dari pengertian tersebut diatas ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik. Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318).
Jadi yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses dimana saat pertama kali anak mengucapkan kata yang ia ucapkan melalui bahasa yang ia dengar dari orang dewasa, perlahan ia mengikutinya hingga ia mampu mengucapkan kalimat yang panjang dan rumit, saat itulah anak mulai memperoleh bahasa. Pemerolehan bahasa pada anak didapatkan dari lingkungannya sendiri yaitu mulai dari ibunya sendiri hingga orang-orang disekelilingnya.
            Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua ketrampilan, yakni kemampuan menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami tturan orang lain. Jika dikaitkan dengan hal itu, maka yang dimaksud dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan , secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemerolehan bahasa :
1. Berlangsung dalam situasi informal, anakanak belajar tanpa beban danberlangsung di luar sekolah (lingkungan tempat tinggalnya).
2. Pemilikan bahasa tidak melalui pembelajaran formal di lembagalembaga pendidikan seperti sekolah atau kursus.
3. Dilakukan tanpa sadar atau secara spontan.
4. Dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa yang bermakna bagi anak.

b. Hipotesis dalam pemerolehan bahasa
Terdapat tiga hipotesis dalam pemerolehan bahasa, yakni :
1. Hipotesis Nurani
Pandangan yang mengajukan hipotesis nurani ialah bahwa manusia lahir dengan dilengkapi oleh suatu alat yang memungkinkan dapat berbahasa dengan mudah dan cepat. Hal tersebut sukar dibuktikan secara empiris. Hipotesis nurani ini dibedakan adanya dua macam hipotesis nurani, yaitu hipotesis nurani bahasa dan hipotesis nurani mekanisme (Simanjuntak, 1977).
Hipotesis nurani bahasa merupakan satu asumsi yang menyatakan bahwa sebagian atau semua bagian dari bahasa tidaklah dipelajari atau diperoleh tetapi ditentukanoleh fitur-fitur nurani yang khusus dari organism manusia. Sedangkan hipotesis nurani mekanisme menyatakan bahwa proses pemerolehan bahasa oleh manusia ditentukan oleh perkembangan kognitif umum dan mekanisme nurani umum yang berinteraksi dengan pengalaman.
2. Hipotesis Tabularasa
Hipotesis yang dikemukakan oleh John Locke seorang tokoh empirisme, kemudian dianut dan disebarluaskan oleh John Watson seorang tokoh terkemuka aliran behaviorisme dalam psikologi. Yakni hipotesis tabularasa yang secara  harfiah berarti “kertas kosong” sama halnya dengan otak bayi pada waktu dilahirkan, yang nanti akan ditulis atau diisi dengan pengalaman-pengalaman.
Menurut hipotesis tabularasa ini bahwa semua pengetahuan dalam bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu.
3. Hipotesis Kesemestaan Kognitif
Menurut teori yang didasarkan pada kesemestaan kognitif, bahasa diperoleh berdasarkan struktur-struktur kognitif deriamotor. Struktur-struktur ini diperoleh kanak-kanak melalui interaksi dengan benda-benda atau orang-orang disekitarnya. Dalam hipotesis ini pemerolehan bahasa kanak-kanak dapat dibagi kedalam tiga tahapan yaitu:
Ø  kanak-kanak memilih satu gabungan bunyi pendek dari bunyi-bunyi yang didengarnya.
Ø  Setelahnya memahami gabungan bunyi-bunyi pendek selanjutnya kanak-kanak akan mengikuti seri bunyi yang sama dengan fonetik orang dewasa.
Ø  Kemudian kanak-kanak akan memunculkan fungsi-fungsi tata bahasa.

c. Tahap pemerolehan bahasa anak
Selain pemerolehan bahasa pada anak yang berlangsung secara fungsional, ada beberapa pemerolehan bahasa anak – Universal. Tahap-tahap tersebut ialah:
1.        Praujar (Pre-speach)
Banyak hal yang sangat penting yang berlangsung  sebelum bayi mengucapkan kata-kata dalam bahasa mereka untuk pertama kalinya: bayi belajar untuk memberikan perhatian terhadap ujaran, perhatian terhadap intonasi, dan nada bahasa jauh sebelum mereka mengenal berbicara.
2.        Tahap Meraban/Berceloteh (babbling staage)
Tahap ini dimulai ketika bayi mulai berusia beberapa bulan. Dunia celoteh bayi dimulai kira-kira usia empat sampai enam bulan. Ditandai oleh bunyi-bunyi yang tidak bisa membedakan secara tepat adanya perbedan bunyi-bunyi bahasa, banyak diantara bunyi-bunyi ujaran tersebut tidak merupakan ujaran dalam bahasa yang sedang dipakai dan tidak bermakna.
3.        Tahap Satu Kata (holophrastic)
Bayi mampu menuturkan kakta-kata pertama dalam kehidupan mereka pada usia senbilan bulan, misalnya mama, dada (kata-kata ini mirip dengan babbling). Anak tuli bisu yang orang tuanya menggunakan bahasa tanda mulai membuta bahasa tanda (isyarat) pada usia sekitar delapan bulan. Pada tahapan ini kata-kata yang diutarakan seringkali disederhanakan agar anak mudah untuk menirunya.
4.        Menggabungkan Kata (Combining worlds)
Usai 18 bulan sampai 2 tahun. Menjelang usai 2,5 tahun kebenyakan anak-anak berbicara dengan menggunakan kalimat yang mengandung banyak kata, meskipun tata bahasanya snagat tidak sempurna. Tahap ini berkembang dengan cepat ketahap kelima yaitu pemerolehan bahasa. Menjelang usia 6 tahun tatabahasa yang diperlihatkan anak-anak mendekati tatabhasa yang digunakan orang dewasa.









BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Metodelogi Penelitian
Penelitian pemerolehan bahasa pertama (bahasa jawa) yang dilakukan pada anak usia 3 tahun menggunakan metode kualitatif. Metode Kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.
Adapun metode yang digunakan adalah metode simak dan rekam. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan dengan metode simak yang bertujuan untuk menyimak hasil ujaran anak secara baik. Setelah itu data lisan yang sudah diperoleh melalui hasil simakan dapat di batu dengan teknik rekam yang bertujuan untuk merekam atau mengingat semua ujaran anak dalam penelitian bahasa yang sedang berlangsung.

3.2 Teknik Penelitian
            Teknik yang digunakan dalam penelitian bahasa pertama (bahasa jawa) pada anak usia 3 tahun ini adalah teknik simak libat cakap. Teknik simak libat cakap adalah suatu tekink yang digunakan dalam sebuah penelitian bahasa yang juga melibatkan peneliti dalam percakapnnya dengan anak yang sedang di amati. Teknik simak libat cakap dilakukan dengan menyimak sekaligus berpartisipasi dalam pembicaraan. Peneliti terlibat langsung dalam dialog baik secara aktif maupun reseptif. Aktif, artinya peneliti ikut berbicara dalam dialog sedangkan reseptif artinya hanya mendengarkan pembicaraan informan. Peneliti berdialog sambil menyimak pemakaian bahasa informan untuk mendapatkan ungkapan larangan. Saat penerapan teknik simak libat cakap juga disertai teknik rekam, yaitu merekam dialog atau pembicaraan.

3.3 Data dan Sumber Data
            Data yang diperoleh peneliti adalah data berupa ujaran anak usia 3 tahun, dengan identitas sebagai berikut :
Nama                           : Zahra Febyanne Maulidah
Tempat, tgl lahir          : Brebes, 19 Desember 2012
Umur                           : 3 tahun
Alamat                                    : Ds. Pengabean Losari- Brebes Jawa Tengah
Berikut ini adalah beberapa dialog antara peneliti dan objek penelitian :
Ismi                 : ” Zahra lagi apa? ” (Zahra lagi ngapain?)
Zahra               : ” Agi mangang. ” (Lagi mangan = Lagi makan)
Ismi                 : ” Lawueh apa nok ? ” (Lauknya apa?)
Zahra               : ” Tepe kayo iwat. ” (Tempe karo iwak = Tempe sama ikan)
Ismi                 : “ Dih Zahra sandale bagus, tuku ning ndi nok? ” (Sandalnya bagus beli dimana?)
Zahra               : “ agi ning patay yik. ” (Ning pasar = di pasar)
Ismi                 : “ Gambar apa kue sandale? ” (Gambar apa itu sandalnya?)
Zahra               : “ Gambay ucing yik. ” (Gambar kucing Lik *sebutan bibi*)
Zahra               : “ Yiyik apa ue? ” (Lilik apa kue = Lilik apa itu ?)
Ismi                 : “ Hape. ” (Hp)
Zahra               : “ Ape iya? ”
Ismi                 : “ Iya nok, ibune lagi apa nok?”
Zahra               : “agi agong koh.” (njagong = duduk )
Ismi                 : “ Acak ibune dundang .” (Coba ibunya di panggil )
Zahra               : “ Bune ana Yiyik.”
*dst
BAB IV
DATA DAN DESKRIPSI DATA

4.1 Data Kemampuan Fonologi

No
Ujaran Asal
Ujaran Anak
Keterangan
Terjemahan
1
< Lagi >
[ agi ]
Hilangnya fonem | l |
Sedang (Melakukan)
2
< Mangan>
[mangang]
Perubahan fonem | n | menjadi fonem | ng |
Makan
3
< Tempe >
[tepe]
Hilangnya fonem | m |
Tempe
4
< Karo >
[kayo]
Perubahan fonem | r | menjadi fonem | y |
Dan
5
< Iwak >
[iwat]
Perubahan fonem | k | menjadi fonem | t |
Ikan
6
< Pasar >
[patay]
Perubahan fonem | r | menjadi fonem | y |
Pasar
7
< Gambar >
[gambay]
Perubahan fonem | r | menjadi fonem | y |
Gambar
8
< Kucing >
[ucing]
Hilangnya fonem | k |
Kucing
9
< Kue >
[ue]
Hilangnya fonem | k |
Itu
10
< HaPe >
[ape]
Hilangnya fonem | h |
Handphone
11
< Njagong >
[agong]
Hilangnya fonem | j |
Duduk
12
< Beras >
[beyas]
Perubahan fonem | r | menjadi fonem | y |
Beras
13
< Akeh >
[ateh]
Perubahan fonem | k | menjadi fonem | t |
Banyak
14
< Durung >
[duyung]
Perubahan fonem | r | menjadi fonem | y |
Belum
15
< Banyu >
[banu]
Hilangnya fonem | y |
Air
16
< Bubuk >
[bubut]
Perubahan fonem | k | menjadi fonem | t |
Tidur
17
< Arane >
[ayane]
Perubahan fonem | r | menjadi fonem | y |
Namanya
18
< Motor >
[motoy]
Perubahan fonem | r | menjadi fonem | y |
Motor
19
< Bebek >
[bebet]
Perubahan fonem | k | menjadi fonem | t |
Bebek
20
< Manuk >
[Manut]
Perubahan fonem | k | menjadi fonem | t |
Burung
21
< Abang >
[aban]
Hilangnya fonem | g |
Merah
22
< Lemu >
[Yemu]
Perubahan fonem | l| menjadi fonem | y |
Gemuk
23
< Topong >
[topon]
Hilangnya fonem | g |
Topi
24
< Putih >
[puti]
Hilangnya fonem | h |
Putih
25
< Wedus >
[widus]
Perubahan fonem | e | menjadi fonem | i|
Kambing

4.2 Data Kemampuan Sintaksis
No
Ujaran Asal
Ujaran anak
Makna
Terjemahan
1
Ibu pan nginung
Bu pan mumu
Njaluk nginung
Minta minum
2
Bu Kue roti
Ue yoti iya
Tuku roti
Beli roti
3
Jukutna sandale isun
Ukutna candal
Jukut sandal
Mengambil sandal
4
Pan tuku sosis
Pan tuku cosis
Tuku sosis
Beli sosis
5
Kaeh bu jaran
Kaeh bu jayan
Nodokna jaran
Menunjukan kuda
6
Pan ning ayaeh
Pan ning ayaeh
Pengen ning ayah
Mau ketemu ayah
7
Bukune sapa kue ikuh
Bukune tapa kae ikuh
Bukune sapa
Bukunya siapa
8
Ibune ana bi mus
Bune ana bi mus
Ana bi mus
Ada bi mus
9
Tapa kue ikuh
We uh
Takon sapa kue
Tanya siapa itu
10
Ibune kie kewalik
Ibune kie ewalit katoke
Nodokna kewalik
Menunjukan celananya kebalik
11
Tuku es krim
Uu es im
Njaluk tuku es krim
Minta belie s krim
12
Jarene pan tuku baso
Jayene pan Uu bato
Tuku baso
Beli baso
13
Emong lah
Emon
Emong
Tidak mau
14
Tuku baso sih ibune
Uu bato
Njaluk tuku baso
Minta beli baso
15
Ibu ayuh foto bu
poto bu ayuh
Njaluk foto
Minta di foto
16
Dedene sapa kue
Dedene tapa ue
Takon dedene sapa
Dedenya siapa
17
Durung mangan
Duyung maem
Durung mangan
Belum makan
18
Pan papung sakie
papung takiye
Papung sakie
Mandi sekarang
19
Melu bu
Meyu
Njaluk melu
Minta ikut
20
Ning pasar bae lah
Pasay bae yah
Njaluk ning pasar
Minta ke pasar
4.3 Pendeskripsian Data
Dari segi fonologi, Zahra yang berumur 3 tahun sudah mampu untuk berujar.  Meskipun memag ada beberapa huruf yang ia masih belum mampu untuk melafalkannya dengan baik. Contohnya  pada huruf  r, l, k, g dan lain-lain. Sebenarnya pada pola-pola tertentu Zahra bisa melafalkan huruf-huruf tersebut mungkin pada kata-kata yang mudah diucapkan,  namun pada kosakata yang lebih rumit ia belum mampu melafalkan beberapa huruf seperti yang sudah disebutkan. Contoh pada kata “lemu” ia tidak bisa melafalkan huruf “l” karena mungkin baginya huruf “l” masih sulit untuk dilafalkan sehingga ia lebih memilih melafalkannya dengan huruf “y” pada kata “lemu” ia hanya mampu mengucapkan dengan kata “yemu”.
Begitu juga pada kata “motor”, Zahra agaknya sulit mengucapkan fonem “r” sehingga ia ganti dengan fonem “y”, kata “motor” menjadi “motoy”, pada kata “beras” menjadi “beyas”, pada kata “arane” (namanya) menjadi “ayane” dan lainnya juga seperti itu mengubah fonem “r” menjadi fonem “y”.
Selanjutnya, Zahra juga belum mampu mengujarkan suatu kata yag didalamnya terdapat 2 huruf konsonan yang berdempetan. Contohnya pada kata “njagong” (duduk) Zahra hanya mampu mengucapkan “agong” yang berarti dalam pelafalannya Zahra menghilangkan 2 fonem yaitu fonem “n” dan fonem “j”. Selain itu pada kata “banyu” (air) ia hanya mampu mengucapkan kata “banu”, ia mencoba mematikan salah satu huruf agar tidak kesulitan dalam melafalkannya. Dalam hal ini ia mematikan fonem “y” yang menurutnya lebih sulit untuk diucapkan.
Zahra lebih sering menukar huruf “s” menjadi huruf “t” Karena mungkin dia sudah terbiasa dan menganggap fonem “t” lebih mudah dilafalkan daripada fonem “s”. Contohnya pada kata “pasar” Zahra hanya mampu mengucapkan kata “patay”.
Dari segi sintaksis, Zahra yang berumur 3 tahun pada umumnya sudah mampu menyusun kalimat dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa anak usia 3 tahun tuturannya lebih panjang dan tata bahasanya lebih teratur. Begitu juga dengan Zahra, ia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih. Contohnya pada dialog diatas, Zahra sudah mampu menyususn kalimat sesuai dengan pola, hanya saja terkadang terkesan buru-buru sehingga ada beberapa kata yang hilang dalam ujarannya. Contohnya pada kalimat “bu ne ana bi mus”.



BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas bahwa seorang anak yang berumur 3 tahun tergolong sudah mampu berujar dan bercakap-cakap. Hanya saja dalam segi fonologi, masih tergolong kurang untuk melafalkan bunyi-bunyi tertentu. Patokan umur ini sangat relative, artinya pada tahap perkembangan neurobiologinya diaman seorang anak sudah dapat mengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Namun pada segi sintaksis, seorang anak sudah mampu berujar sesuai dengan struktur sintaksis dan dapat dipahami maknanya dan dia pun mampu memahami makna yang diucapkan lawan bicaranya sehingga lancar dalam berkomunikasi. Kemampuan-kemampuan verbal berkembang sejak dini dan menjelang usia 3 tahun, anak sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada akhir masa anak usia dini, mereka dapat meggunakan dan memahami sejumlah besar kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan dan mengetahui tentang bahasa tulisan.

5.2 Saran
Ketika pada masa peniruan, si anak akan mencoba meniru ucapan yang diujarkan orang dewasa. Untuk itu orang dewasa dalam berujar ketika sedang bersama dengan anak kecil haruslah menggunakan bahasa yang baik agar si anak meniru bahasa yang baik itu. Kita sebagai orang dewasa harus mampu menggunakan bahasa yang baik dan benar, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh pada saat kita bertindak ujar ketika berhadapan dengan anak-anak yang akan menirukan gaya kita, ucapan, maupun ekspresi wajah kita. Sebagai orang dewasa yang mengerti dan peduli terhadap pertumbuhan anak dalam berbahasa, sebaiknya kita tindak lanjuti bagi siapa saja orang yang bertutur tidak baik dihadapan anak-anak. Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Meskipun kita tahu sebagai manusia yang mengetahui bahwa bahasa kita bahasa pertama itu berasal dari bahasa ibu, tapi gunakanlah bahasa yang baik dan sesuai pergunakanlah pada tempatnya.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.2004.Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta:PT Rhineka Cipta.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/ 21 Mei 2011















LAMPIRAN