Jumat, 13 Februari 2015

Artikel Kegemaran Membolos samadengan Merusak Citra Bangsa




Kegemaran Membolos samadengan Merusak Citra Bangsa

Jika kita perhatikan, pemerintah Indonesia selalu berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi tingkat kebodohan di Indonesia. Sebagai bukti nyata kita dapat melihat program-program pemerintah seperti BOS, Wajib Belajar 9 Tahun, dan pemerintah bahkan menaikkan sebagian gaji para PNS khususnya tenaga pendidik atau lazimnya disebut guru. Itu semua tidak lain bertujuan untuk meningkatkan keefektifan cara mengajar guru kepada para penerus bangsa yaitu siswa. Tapi pada kenyatannya hal ini bertolak belakang dengan kenyataan para siswa di lapangan, seakan-akan program yang diberikan pemerintah sia-sia untuk dilaksanakan. Pasalnya mereka lebih memilih bolos ketimbang belajar.
Memang cerita bolos sewaktu pelajaran sudah tidak asing lagi bagi sebagian kalangan murid ataupun masyarakat. Bolos atau meninggalkan jam pelajaran saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di sekolah, itu merupakan hal yang sering dilakukan oleh para pelajar. Dan kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada siswa putera, siswa puteri pun juga kerap melakukan kegiatan ini. ada yang melakukannya secara pribadi, tetapi cukup banyak juga melakukannya secara berkelompok. Mungkin masalah yang seperti ini sering dianggap sepele oleh sebagian kalangan, namun hal ini sangatlah disayangkan terutama bagi pemerintah yang sudah berusaha keras untu memajukan pendidikan di Indonesia. Dan kenyataan seperti ini dapat merusak citra bangsa.
Kebiasaan membolos ini disebabkan oleh faktor - faktor internal dan faktor - faktor eksternal dari anak itu sendiri.  Faktor eksternal yang kadang kala menjadikan alasan membolos adalah mata pelajaran yang tidak diminati atau tidak disenangi. Mereka yang tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan membolos, walaupun secara tidak langsung hal seperti  ini sebenarnya bukan merupakan suatu jawaban yang baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa yang suka membolos seringkali menjadi ikut serta terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan. Anak yang membolos akan mengalami kegagalan dalam pelajaran. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar - dasar dari mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan. Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya. Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah. Dan yang sangat disayangkan dia akan rugi waktu dan biaya.
Untuk mengatasi kebiasaan buruk membolos, semua pihak baik dari pihak sekolah maupun pihak keluarga harus ikut bertanggung jawab dalam penanganan masalah ini.  Dari pihak sekolah, dalam menghadapi anak yang suka membolos tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Agar kegiatan bolos sekolah tidak menjadi tradisi bagi pelajar maka pihak sekolah di tegaskan agar lebih memperketat peraturan sekolah dan meningkatkan mutu kedisiplinan , dengan meningkatkan kedisiplinan maka dengan sendirinya akan membentuk kepribadian yang baik bagi siswa tersebut. Selanjutnya disini adalah pentingnya peranan orang tua. Jika anak bolos sekolah karena memiliki masalah dengan suatu mata pelajaran tertentu, orangtua harus membantu anak keluar dari kesulitan tersebut. Masalah orangtua boleh jadi sedikit lebih rumit jika ternyata anak bolos sekolah semata untuk hangout dengan rekan-rekannya. Pada kasus seperti ini, orangtua harus menginformasikan pada anak tentang jahatnya efek negatif dari tekanan kawan sebaya dan betapa pentingnya pendidikan formal. Kalau perlu mengundang orangtua dari kawan anak dan bersama-sama mendiskusikan perkembangan perilaku anak disekolah. Setelah orangtua mengambil langkah-langkah tersebut, orangtua harus menindaklanjuti dengan mengecek kehadiran anak disekolahnya secara teratur. Tindakan seperti ini berfungsi sebagai penghalang untuk bolos sekolah dan akan mendorong anak untuk tetap fokus dan bekerja lebih keras di sekolahnya.


Oleh                : Ismi Izzati
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSWAGATI CIREBON