Kegemaran
Membolos samadengan Merusak Citra Bangsa
Jika kita
perhatikan, pemerintah Indonesia selalu berusaha sebisa mungkin untuk
mengurangi tingkat kebodohan di Indonesia. Sebagai bukti nyata kita dapat
melihat program-program pemerintah seperti BOS, Wajib Belajar 9 Tahun, dan
pemerintah bahkan menaikkan sebagian gaji para PNS khususnya tenaga pendidik
atau lazimnya disebut guru. Itu semua tidak lain bertujuan untuk meningkatkan
keefektifan cara mengajar guru kepada para penerus bangsa yaitu siswa. Tapi pada kenyatannya hal ini bertolak belakang dengan kenyataan para siswa
di lapangan, seakan-akan program yang diberikan pemerintah sia-sia untuk
dilaksanakan. Pasalnya mereka lebih memilih bolos ketimbang belajar.
Memang cerita bolos sewaktu pelajaran sudah
tidak asing lagi bagi sebagian kalangan murid ataupun masyarakat. Bolos atau
meninggalkan jam pelajaran saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di
sekolah, itu merupakan hal yang sering dilakukan oleh para pelajar. Dan
kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada siswa putera, siswa puteri pun juga
kerap melakukan kegiatan ini. ada yang melakukannya secara pribadi, tetapi
cukup banyak juga melakukannya secara berkelompok. Mungkin masalah yang seperti
ini sering dianggap sepele oleh sebagian kalangan, namun hal ini sangatlah
disayangkan terutama bagi pemerintah yang sudah berusaha keras untu memajukan
pendidikan di Indonesia. Dan kenyataan seperti ini dapat merusak citra bangsa.
Kebiasaan
membolos ini disebabkan oleh faktor - faktor internal dan faktor - faktor
eksternal dari anak itu sendiri. Faktor eksternal yang kadang kala
menjadikan alasan membolos adalah mata pelajaran yang tidak diminati atau tidak
disenangi. Mereka yang tidak tahan itulah yang kemudian mencari pelarian dengan
membolos, walaupun secara tidak langsung hal seperti ini sebenarnya bukan
merupakan suatu jawaban yang baik. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa yang
suka membolos seringkali menjadi ikut serta terlibat pada hal - hal yang
cenderung merugikan. Anak yang membolos akan
mengalami kegagalan dalam pelajaran. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia
hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak
mempelajari dasar - dasar dari mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti
apa yang diajarkan.
Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut
juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh
teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah”
keadaannya sehingga anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga
jarak dengannya.
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa
membolos ialah hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah
berkurang. Bila diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya.
Dan yang lebih parah siswa dapat dikeluarkan dari sekolah. Dan
yang sangat disayangkan dia akan rugi waktu dan biaya.
Untuk
mengatasi kebiasaan buruk membolos, semua pihak baik dari pihak sekolah maupun
pihak keluarga harus ikut bertanggung jawab dalam penanganan masalah ini. Dari pihak sekolah, dalam menghadapi anak yang suka membolos tersebut
peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK
cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih
terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat
gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya
kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya.
Agar kegiatan bolos sekolah tidak menjadi tradisi bagi pelajar maka pihak
sekolah di tegaskan agar lebih memperketat peraturan sekolah dan meningkatkan mutu
kedisiplinan , dengan meningkatkan kedisiplinan maka dengan sendirinya akan membentuk
kepribadian yang baik bagi siswa tersebut. Selanjutnya disini adalah pentingnya peranan orang tua. Jika anak bolos sekolah karena memiliki masalah dengan
suatu mata pelajaran tertentu, orangtua harus membantu anak keluar dari
kesulitan tersebut. Masalah orangtua boleh jadi sedikit lebih rumit jika
ternyata anak bolos sekolah semata untuk hangout dengan rekan-rekannya. Pada
kasus seperti ini, orangtua harus menginformasikan pada anak tentang jahatnya
efek negatif dari tekanan kawan sebaya dan betapa pentingnya pendidikan formal.
Kalau perlu mengundang orangtua dari kawan anak dan bersama-sama mendiskusikan
perkembangan perilaku anak disekolah. Setelah orangtua
mengambil langkah-langkah tersebut, orangtua harus menindaklanjuti dengan
mengecek kehadiran anak disekolahnya secara teratur. Tindakan seperti ini
berfungsi sebagai penghalang untuk bolos sekolah dan akan mendorong anak untuk
tetap fokus dan bekerja lebih keras di sekolahnya.
Oleh :
Ismi Izzati
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSWAGATI
CIREBON