MAKALAH
Analisis Puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono
dengan Pendekatan Pragmatik
diajukan untuk
memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata
kuliah Apresiasi Puisi
dosen : Ira
Rahayu, S.Pd.,M.Pd
oleh
Ismi Izzati (2
A)
113050183
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKUTLAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2014/2015
Hujan
Bulan Juni
Karya : Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih
tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik
rindunya
Tak ada yang lebih
bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak
kakinya
Yang ragu-ragu di jalan
itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak
terucapkan
Diserap akar pohon
bunga itu
(1989)
BAB I
DESKRIPSI
DATA
I.I Jawaban angket
penelitian analisis puisi “Hujan Bulan Juni” dari para narasumber
1.
Buatlah tafsiran puisi
yang telah Anda baca menurut sudut pandang Anda!
Jawaban
Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :
Menurut sudut
pandang saya, puisi tersebut menggambarkan pesan amanah tabah dan bijak, terus
menyimpan banyak arti, hingga si pembaca timbul pertanyaan, logika yang
sedrhana “Dirahasiakannya rintik
rindunya” itu sudah jelas mengandung
pertanyaan, yang jawabannya manusia itu hidup bersama alam maka harus
bisa menyikapi alam, sebagiaman baiknya.
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Puisi “Hujan
Bulan Juni” merupakan gambaran atau pengistilahan rasa rindu dan cinta kepada
seseorang, tetapi karena suatu hal, maka ia merasa ragu-ragu dan tak mungkin
untuk disampaikan, hingga ini membiarkan perasaannya untuk tetap tak
tersampaikan.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Berdasatkan apa
yang saya rasakan dari puisi diatas bahwa dalam kata “Hujan” tidaklah sekedar butir air yang jatuh tetapi seolah-olah
diberi jiwa yang memiliki sifat-sifat tertentu, tabah, bijak, arif, dan dapat
di lihat perilakunya (dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkannya.)
2. Apakah
dalam puisi itu terdapat bagian yang berhubungan dengan kehidupan Anda?
Jawaban
Narasumber 1 (Nasehuddin ):
Menurut saya
pribadi tergantung si pembacanya. yang namanya orang beda-beda ya kan ? … yang
berhubungan dengan saya judulnya saja sudah tergambarkan, bukan dari kenangan,
tetapi menyangkut peristiwa orang banyak.
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Iya ada, ketika
saya lebih memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan saya kepada seseorang.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Tentu jawabannya
“iya”, setiap ku baca berulang puisi ini memiliki rasa yang sama rasa dimana rindu
dan cinta yang tertahan, ironinya rasa itu menjadi ragu-ragu (ambigu) bahkan
tak tersampaikan.
3. Bagian apa saja: (temanya, perasaannya, atau peristiwa) yang pernah Anda alami?
Jawaban
Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :
Peristiwanya,
saat aku merindukan datangnya hujan, dan kapan akan berhenti turunnya hujan.
Jawaban Narasumber 2 (Noviyanti ) :
Perasaan dan
peristiwanya.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Perasaannya
seperti hujan bulan januari rasa yang sama.
4. Adakah
bagian puisi yang membuat Anda tertawa? menangis? tersenyum? ceria? marah?
takut? Atau menyebabkan reaksi tertentu? Tuliskan alasannya!
Jawaban
Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :
Ada, saya
tersenyum saat membacanya, dari bait pertama sampai akhir, karena didalamnya
mengandung pengalaman yang saya alami, terlebih-lebih seorang petani yang
kerjanya berteman dengan alam.
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Saya merasa
sedih, karena puisi tersebut mengingatkan saya, ketika saya membiarkan perasaan
saya tak tersampaikan.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Mungkin lebih
tepatnya terharu merasakan tiap bait yang disampaikan seolah masuk dalam
suasana.
5. Apakah
yang menjadi fokus tema puisi yang telah Anda baca tersebut? bagaimana Anda
mengetahuinya?
Jawaban
Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Puisi tersebut
berfokus pada percintaan dimana seseorang yang tidak mengungkapkan perasaaan
rindu atau cintanya terlihat pada larik-larik “Dari hujan bulan juni/
Dibiarkannya yang tak terucapkan/ Diserap pohon bunga itu/”
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Fokusnya pada
judul puisi tersebut “Hujan Bulan Juni” merupakan
suatu yang hampir mustahil sebab bulan juni adalah bulan yang masuk dalam
rentang musim panas atau kemarau, karena itu hujan harus menahan diri.
6. Amanat apa yang dapat Anda petik dari puisi yang
telah Anda baca?
Jawaban
Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :
Tabah dan bijak.
Misalnya Tabah menghadapi masalah. Misalnya Bijak mengatasi masalah.
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Jika kita
memiliki perasaan cinta atu rindu kepada seseorang, hendaklah kita
mengungkapkannya. Jangan malah membiarkan perasaan itu tidak diungkapkan.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Amanat yang
dapat saya petik dari puisi diatas adalah tentang sebuah ketabahan, kebijakan
dan kearifan dalam menjalankan teka-teki kehidupan ini.
7. Apakah
setelah membaca puisi Anda merasa bahwa Anda telah mendapat pengetahuan atau
pengalaman baru mengenai sesuatu? Jelaskan jawaban Anda!
Jawaban
Narasumber 1 (Nasehuddin ) :
Setelah saya
membaca puisi tersebut spontan mendapatkan pengalaman baru, karena langsung
disuruh menjawab dan menulis angket penelitian analisis puisi ini, kalo masalah
pengalaman saya dulu banyak sekali, kiranya tak cukup aku jelaskan.
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Tidak. Karena
perasaan dan peristiwa pada puisi tersebut sudah pernah saya alami.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Kepribadian sang
penyair menginspirasikan saya dalam sebuah tulisan sajak kata indahnya.
8. Apakah
Anda berpendapat bahwa membaca puisi tersebut memberi manfaat untuk Anda?
Jelaskan jawaban Anda!
Jawaban
Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :
Sudah jelas bisa
memberi manfaat buat saya dan buat semua orang yang membaca puisi tersebut,
karena didalamnya mengandung arti kehidupan manusia terhadap alam. Bagaimana
untuk menyikapinya. Sayang bahasa puisi tersebut terlalu dalam untuk di
mengerti, tapi bagus !!! bagus sekali.
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Tidak, karena
dengan membaca puisi tersebut malah mengingatkan masa lalu saya.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Pemaknaan dalam
bait kata yang mampu menimbulkan reaksi fisik hingga pembaca seolah masuk dalam
suasana tertentu, tentu bukan hanya komposisi kata, atau majas yang begitu
dominan yang diperkuat, tapi tak lepas dari ketulusan penyair.
9. Apakah
Anda beranggapan bahwa penyair telah berhasil mengungkapkan perasaan,
pengetahuan dan pengalamannya ke dalam puisi tersebut? Jika iya, jelaskan alasannya!
Jawaban
Narasumber 1 ( Nasehuddin ) :
Iya berhasil,
karna sebenarnya banyak yang merasakan hal seperti itu namun mereka tak bisa
menuangkan isi hati, pikiran, dan pengalamannya, termasuk saya hehe … mungkin
karna sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan penyair puisi tersebut sudah jadi
pekerjaannya. Terimakasih Bpk. Sapardi Djoko Damono.
Jawaban Narasumber 2 ( Noviyanti ) :
Iya, karena
melihat dari diksi-diksi yang digunakan penyair sudah menggambarkan peristiwa
dan perasaan penyair yang di alami saat itu, dan ketika saya membacanya saya
ikut larut dan merasakan apa yang penyair alami.
Jawaban Narasumber 3 ( David ) :
Jawabannya iya,
bila dicermati kata demi kata dan bait demi baitnya, puisi diatas memiliki
diksi yang sederhana, bahkan sangatlah akrab dengan keseharian kita. Namun
melalui kepiawaian sang penyair, kesederhanann kata-kata tersebut juga
diberinya ruh-ruh sehingga pembaca ikut merasakan.
BAB II
ANALISIS
DATA
2.1 Tafsiran hasil analisis data berdasarkan
angket pembaca
Dari data angket penelitian
analisis puisi “Hujan Bulan Juni” N1 menafsirkan, “Menurut sudut pandang saya, puisi tersebut
menggambarkan pesan amanah tabah dan bijak, terus menyimpan banyak arti, hingga
si pembaca timbul pertanyaan, logika yang sedrhana “Dirahasiakannya rintik
rindunya” itu sudah jelas mengandung
pertanyaan, yang jawabannya manusia itu hidup bersama alam maka harus
bisa menyikapi alam, sebagiaman baiknya.” Menurut N1 puisi “Hujan Bulan Juni” mengisahkan bagaimana manusia harus
bisa menjaga alam dengan sebaik mungkin, puisi ini juga dipandang sebagai pesan
tabah kepada manusia apabila sedang terjadi bencana alam karena hujan yang tak
kunjung berhenti. Dilihat dari jawabannya, N1 melihat puisi ini secara polos
dari kata per kata. Hujan yang
sebenarnya memiliki makna konotasi ternyata diungkapkan menjadi kata hujan itu
sendiri oleh N1. Berbeda dengan penafsiran N1, N2 menafsirkan, “Puisi “Hujan Bulan Juni” merupakan gambaran
atau pengistilahan rasa rindu dan cinta kepada seseorang, tetapi karena suatu
hal, maka ia merasa ragu-ragu dan tak mungkin untuk disampaikan, hingga ini
membiarkan perasaannya untuk tetap tak tersampaikan”. Menurut N2 puisi
“Hujan Bulan Juni” adalah puisi ungkapan rasa cinta dan rindu kepada seseorang
yang tak tersampaikan, N2 lebih melihat suasana romantik pada puisi ini.
Sedangkan N3 menafsirkan, “Berdasatkan
apa yang saya rasakan dari puisi diatas bahwa dalam kata “Hujan” tidaklah
sekedar butir air yang jatuh tetapi seolah-olah diberi jiwa yang memiliki
sifat-sifat tertentu, tabah, bijak, arif, dan dapat di lihat perilakunya
(dirahasiakannya, dihapusnya, dibiarkannya.)” N3 ternyata lebih memaknai
puisi tersebut secara makna per kata, bahwa kata Hujan bukanlah sebuah rintik air yang jatuh dari langit, tapi
menurut N3 kata Hujan mengandung suatu makna tertentu yang dapat
dilihat perilakunya. Berdasrkan jawaban N1, N2, dan N3 dapat ditarik kesimpulan
ketiganya memiliki penafsiran masing-masing dalam memaknai puisi “Hujan Bulan
Juni”. Namun dapat dikatakan jawaban N3 hampir sama dengan N2 yaitu bahwa puisi
“Hujan Bulan Juni” merupakan puisi ungkapan rasa cinta yang tidak tersampaikan.
Berdasarkan pengalaman hidupnya, N1 menganggap puisi
“Hujan Bulan Juni” pernah dialaminya. “Menurut
saya pribadi tergantung si pembacanya. yang namanya orang beda-beda ya kan ? …
yang berhubungan dengan saya judulnya saja sudah tergambarkan, bukan dari
kenangan, tetapi menyangkut peristiwa orang banyak.” N1 melihat puisi ini
berdasrkan pengalamannya dalam menikmati rintik air hujan dan juga hujan yang
menjadi kepentingan banyak orang terutama bagi seorang petani untuk mengairi
sawahnya. Lain halnya dengan N2 yang lebih romantik, N2 pun memiliki pengalaman
hidup yang berkenaan dengan puisi tersebut. “Iya
ada, ketika saya lebih memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan saya kepada
seseorang.” Pengalaman yang serupa dengan puisi tersebut ketika N2 memilih
untuk menutupi perasaannya terhadap seseorang yang ia cintai. Hampir sama
dengan N2, N3 pun mengalami hal yang demikian yaitu ketika rasa cintanya tak
tersampaikan. “Tentu jawabannya “iya”,
setiap ku baca berulang puisi ini memiliki rasa yang sama rasa dimana rindu dan
cinta yang tertahan, ironinya rasa itu menjadi ragu-ragu (ambigu) bahkan tak
tersampaikan.”
Pada puisi “Hujan Bulan Juni”, N1 merasakan peristiwa
pada puisi tersebut yang juga pernah dialaminya. “Peristiwanya, saat aku merindukan datangnya hujan, dan kapan akan
berhenti turunnya hujan.” Peristiwa yang berkaitan itu adalah ketika N1
merindukan datangnya hujan dan ketika N1 merasa cemas atas hujan yang tak
kunjung reda. Selain peristiwa seperti N1, ternyata N2 juga mengalami perasaan
yang sama dengan puisi tersebut, terlihat dari jawabannya yang mengatakan “Perasaan dan peristiwanya.” Sedangkan N3 hanya merasakan perasaannya
saja yang sama dengan puisi tersebut. “Perasaannya
seperti hujan bulan januari rasa yang sama.” yaitu sebuah rasa yang begitu
menyiksa karena rasa cintanya yang tak tersampaikan.
Berdasarkan penelitian, N1 tersenyum membaca puisi
“Hujan Bulan Juni”. “Ada, saya tersenyum
saat membacanya, dari bait pertama sampai akhir, karena didalamnya mengandung
pengalaman yang saya alami, terlebih-lebih seorang petani yang kerjanya
berteman dengan alam.” Ekspresi senyum dari N1 dapat diartikan bahwa N1
merasa bahwa pengalamannya yang sering menanti hujan ternyata digambarkan
secara indah pada puisi tersebut yang membuatnya merasa senang. N1 yang
tersenyum membaca puisi tersebut ternyata berbeda dengan N2 karena N2 justru
merasa sedih membaca puisi tersebut. ”
Saya merasa sedih, karena puisi tersebut
mengingatkan saya, ketika saya membiarkan perasaan saya tak tersampaikan.”
N2 merasa sedih karena puisi tersebut mengingatkan atas luka hatinya dulu saat
cintanya tak tersampaikan. Berbeda lagi dengan N3 yang lebih mendalam memaknai
peggunaan kata-katanya yeng membuatnya terharu. “Mungkin lebih tepatnya terharu merasakan tiap bait yang disampaikan
seolah masuk dalam suasana.” N3 lebih fokus pada penggalan bait dengan
kata-kata yang indah dan bermakna mendalam daripada menilai dari segi maknanya.
N2 tetap memfokuskan pada keromantisan puisi tersebut
yang dirasakannya. “Puisi tersebut
berfokus pada percintaan dimana seseorang yang tidak mengungkapkan perasaaan
rindu atau cintanya terlihat pada larik-larik “Dari hujan bulan juni/
Dibiarkannya yang tak terucapkan/ Diserap pohon bunga itu/”.” N2 melihat
setiap larik puisi ini berisi sebuah kisah percintaan yang juga pernah
dirasakannya. Namun N3 tampak lebih sederhana memfokuskan puisi tersebut dengan
melihat judulnya saja, “Fokusnya pada
judul puisi tersebut “Hujan Bulan Juni” merupakan suatu yang hampir mustahil
sebab bulan juni adalah bulan yang masuk dalam rentang musim panas atau
kemarau, karena itu hujan harus menahan diri.” Menurut N1 puisi ini menarik
hanya dengan melihat judulnya saja, bahkan sebelum membaca isinya pun N3 merasa
bahwa kata “Hujan” disini merupakan makna konotasi karna “Hujan” yang
sebenarnya tidak akan turun dibulan juni.
Amanat yang dirasakan N1 setelah membaca puisi “Hujan
Bulan Juni” adalah sebuah ketabahan. “Tabah
dan bijak. Misalnya Tabah menghadapi masalah. Misalnya Bijak mengatasi
masalah.” Tabah ketika hujan yang turun menimbulkan banjir, dan bijak saat
mengatasi banjir yang melanda kehidupannya.
Berdasarkan pengalaman ketika cintanya tak tersampaikan, N2 menangkap
amanat dari puisi tersebut pun demikian. “Jika
kita memiliki perasaan cinta atu rindu kepada seseorang, hendaklah kita
mengungkapkannya. Jangan malah membiarkan perasaan itu tidak diungkapkan.” N2
mengharapkan kepada siapapun untuk jangan membiarkan perasaan cinta tak
tersampaikan. Sedangkan N3 lebih condong kepada sikap tabah, “Amanat yang dapat saya petik dari puisi
diatas adalah tentang sebuah ketabahan, kebijakan dan kearifan dalam
menjalankan teka-teki kehidupan ini.” Amanat yang diperoleh N3 ternyata
diambil secara umum, tidak hanya dalam hal percintaan atau masalah saja, tapi
hendaknya manusia memang harus tabah dan bijak dalam menjalani kehidupan.
N1 merasa mendapat pengalaman baru setelah membaca
puisi “Hujan Bulan Juni”. “Setelah saya
membaca puisi tersebut spontan mendapatkan pengalaman baru, karena langsung
disuruh menjawab dan menulis angket penelitian analisis puisi ini, kalo masalah
pengalaman saya dulu banyak sekali, kiranya tak cukup aku jelaskan.” N1
menjelaskan secara singkat pengalaman yang diperoleh setelah membaca puisi
tersebut adalah karena setelah membaca puisi tersebut N1 medapat mengalaman
untuk mengisi dan menulis angket, dan ini kali pertama N1 mengisi angket. Lain
halnya dengan N2, “Tidak. Karena perasaan
dan peristiwa pada puisi tersebut sudah pernah saya alami.” N2 tidak
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, karena menurut N2 puisi tersebut
persis menggambarkan isi hatinya yang pernah dialami dulu. Sedangkan bagi N3, “Kepribadian sang penyair menginspirasikan
saya dalam sebuah tulisan sajak kata indahnya.” N3 merasa mendapatkan
pengetahuan baru dari penyair yang merangkai kata per kata puisi tersebut
dengan sangat indah, dan puisi tersebut dapat mengispirasinya.
“Sudah
jelas bisa memberi manfaat buat saya dan buat semua orang yang membaca puisi
tersebut, karena didalamnya mengandung arti kehidupan manusia terhadap alam.
Bagaimana untuk menyikapinya. Sayang bahasa puisi tersebut terlalu dalam untuk
di mengerti, tapi bagus !!! bagus sekali.” N1 merasa mendapat manfaat setelah membaca puisi “Hujan Bulan Juni” ,
manfaat yang diperoleh adalah agar pembaca lebih dapat memaknai kehidupannya
dengan baik, dan tidak menyia-nyiakan hidupnya. Sedangkan N2 merasa puisi
tersebut tidak mendatangkan manfaat, “Tidak,
karena dengan membaca puisi tersebut malah mengingatkan masa lalu saya.” N2
merasa puisi itu tidak mendatangkan manfaat karna N2 merasa adanya puisi
tersebut justru mengingatkan masa lalu yang membuatnya sedih. “Pemaknaan dalam bait kata yang mampu
menimbulkan reaksi fisik hingga pembaca seolah masuk dalam suasana tertentu,
tentu bukan hanya komposisi kata, atau majas yang begitu dominan yang
diperkuat, tapi tak lepas dari ketulusan penyair.” Berbeda N2, N3 merasakan
manfaat setelah membaca puisi itu karena N3 merasa mendapat inspirasi baru. N3
larut dalam suasana yang diciptakan penulis pada puisi tersebut. Komposisi
majas yang indah sangat mengisnpirasinya dan menimbulkan kesan keindahan yang
membuatnya merasa senang.
Setelah membaca puisi “Hujan Bulan Juni” N1 merasa
takjub dengan penyair, dianggapnya penyair telah berhasil menyampaikan
pengalamannya dengan indah, “Iya
berhasil, karna sebenarnya banyak yang merasakan hal seperti itu namun mereka
tak bisa menuangkan isi hati, pikiran, dan pengalamannya, termasuk saya hehe …
mungkin karna sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan penyair puisi tersebut sudah
jadi pekerjaannya. Terimakasih Bpk. Sapardi Djoko Damono.” N1
berterimakasih kepada Bapak Sapardi Djoko Damono, penyair puisi “Hujan Bulan
Juni” karena N1 merasa karya beliau sangat mewakili perasaan dan kehidupan
banyak orang yang tidak semua orang dapat menuangkannya dengan seindah itu.
Sama dengan N1, N2 juga menganggap bahwa penyair telah berhasil menyampaikan
pegalamannya, “Iya, karena melihat dari
diksi-diksi yang digunakan penyair sudah menggambarkan peristiwa dan perasaan
penyair yang di alami saat itu, dan ketika saya membacanya saya ikut larut dan
merasakan apa yang penyair alami.” Namun berbeda dengan N1, N2 lebih
menitikberatkan pada penggunaan diksi yang indah dan sesuai sehingga penyair
dapat dianggap berhasil dalam penyampaiannya. Tak terkecuali dengan N3 yang
juga merasa bahwa penyair berhasil dalam menyampaikan pengalamannya, namun
berbeda dengan N1 yang menilai dari makna puisinya N3 justru hampir sependapat
dengan N2, “Jawabannya iya, bila
dicermati kata demi kata dan bait demi baitnya, puisi diatas memiliki diksi
yang sederhana, bahkan sangatlah akrab dengan keseharian kita. Namun melalui
kepiawaian sang penyair, kesederhanann kata-kata tersebut juga diberinya
ruh-ruh sehingga pembaca ikut merasakan.” N2 dan N3 ternyata lebih menilai
kelayakan suatu puisi dari segi penggunaan unsur lahiriah saja yaitu majas dan
diksi. Sedangkan N1 lebih menilai puisi dari makna yang akan disampaikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil data
angket penelitian analisis puisi “Hujan Bulan Juni” yang dilakukan oleh 3
narasumber, diperoleh kesimpulan bahwa puisi “Hujan Bulan Juni” sangat
mengandung makna yang dalam dan banyak menggunakan kata konotasi sehingga
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dari ketiga narasumber. Narasumber 1
mengartikan bahwa puisi “Hujan Bulan Juni” merupakan penantian orang terhadap
turunnya hujan, dan ketabahan orang dalam menghadapi bencana karena hujan yang
tak kunjung reda. Narasumber 2 menganggap bahwa puisi tersebut adalah puisi
romantis yang mengisahkan tentang suatu rasa cinta dan rindu yang tak
tersampaikan kepada orang yang disayanginya. Sedangkan N3 memaknai puisi ini
sebagai ungkapan seseorang atas ketabahannya dalam menjalani teka-teki
kehidupan.
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko
Damono menggambarkan tentang penantian seseorang kepada seseorang yang
dinantinya. Dengan sangat tabah, bijak, dan arif ia menanti. Dengan
merahasiakan segala rindunya, menghapus segala keraguannya dalam menanti.
Akhirnya penantiannya berbuah manis. Ia mendapatkan seseorang yang dinantinya
tersebut. Karena begitu tulusnya perasaan seseorang tersebut ia membiarkan tak
terucapkan segala apa yang ia rasa selama menanti. Puisi ini sangat memberikan
kita pelajaran betapa tidak ada yang tidak mungkin jika kita ingin berusaha.
Sesungguhnya kekuatan cinta itu nyata.
*Lampiran