Jumat, 13 Februari 2015

Makalah puisi periode pujangga baru

MAKALAH
PUISI PERIODE PUJANGGA BARU
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Puisi
Dosen : Ira Rahayu S.Pd ., M.Pd
Description: 3
                                                Nama anggota :
1.     Dede Dian Sari                                         2A
2.     Ghina Zakiya                                           2A
3.     Heni                                                           2A
4.     Ikhwan Budi Setiawan                            2A
5.     Ismi Izzati                                                 2A
6.     Khikmatul Maola                                     2A
7.     Peggy Dwi Rara S                                    2A
8.     Ulinnuha                                                   2A

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2014
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Puisi Periode Pujangga Baru”. Dan tak lupa pula sholawat berserta salam penyusun sanjungkan kepada pahlawan refolusi islam yakni nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Angkatan Pujangga Baru disebut juga angkatan ’33 atau ’30-an. Angkatan ini menginginkan perubahan dari budaya statis menuju budaya yang dinamis. Angkatan sebelum Pujangga Baru lebih menonjolkan sisi didaktisnya daripada ide-ide seni murninya. Sedangkan angkatan Pujangga Baru dalam karya sastra khususnya puisi cenderung bersifat estetis, individualis, dan murni ditujukan untuk seni itu sendiri. Ini berkaitan dengan aliran sastra yang tampak pada puisi-puisi Pujangga Baru yaitu aliran romantik.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penyusun pun menyadari bahwasanya makalah ini  belum sempurna, karena masih banyak kekurangan didalamnya, maka dari itu penyusun meminta kritik dan saran yang membangun. Atas kritik dan saranya penyusun mengucapkan terimakasih.


Cirebon, 14 Oktober 2014


Penyusun
Daftar isi

Kata Pengantar ...........................................................................                             i
Daftar Isi ......................................................................................                 ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................                 iii
1.1  Latar Belakang ........................................................................                 iii
1.2  Rumusan Masalah ...................................................................                 iv
1.3  Tujuan Penulisan .....................................................................                 iv
BAB II PEMBAHASAN ............................................................                 1
2.1 Sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru ..........                               1

2.2 Karakteristik periode Angkatan Pujangga Baru ...................                   2
2.3 Sumbangan yang diberikan periode Angkatan Pujangga Baru ..                         4
2.4 Tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru ......................                6
BAB III PENUTUP .....................................................................                24
3.1 Simpulan ..................................................................................                24
3.2 Saran ........................................................................................                25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................                26



BAB I
PENDAHULUAN

1 .1 Latar Belakang
Angkatan Pujangga Baru disebut juga angkatan ’33 atau ’30-an. Angkatan ini menginginkan perubahan dari budaya statis menuju budaya yang dinamis. Angkatan sebelum Pujangga Baru lebih menonjolkan sisi didaktisnya daripada ide-ide seni murninya. Sedangkan angkatan Pujangga Baru dalam karya sastra khususnya puisi cenderung bersifat estetis, individualis, dan murni ditujukan untuk seni itu sendiri. Ini berkaitan dengan aliran sastra yang tampak pada puisi-puisi Pujangga Baru yaitu aliran romantik.
Dasar pemikiran aliran ini (Waluyo,1987: 32) adalah ingin menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh keindahan tanpa cela. Jika yang dilukiskan itu adalah kebahagiaan, maka kebahagiaan itu sempurna tanpa tara. Sebaliknya jika yang dilukiskan kesedihan, maka pengarang ingin agar air mata terkuras. Oleh karena itu, antara aliran romantis sering dikaitkan dengan sifat sentimental atau cengeng.
Dalam aliran ini perasaan lebih ditonjolkan, sedang rasio dinomorduakan. Oleh karena itu, pendekatan yang sesuai untuk mengapresiasi puisi-puisi angkatan Pujangga Baru adalah pendekatan analitik dan pendekatan ekspresif. Dengan pendekatan analitik kita dapat memahami gagasan, figurasi, mekanisme unsur-unsur puitik dan kontribusinya dalam membina keutuhan karya sajak. Sedangkan dengan pendekatan ekspresif, kita dapat mengetahui pemikiran, pandangan perasaan, dan proses kejiwaan pengarang.

1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru?

b. Apa karakteristik periode Angkatan Pujangga Baru?
c.Apa saja sumbangan yang diberikan periode Angkatan Pujangga Baru dalam perkembangan sejarah Indonesia?
d. Siapa saja tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru.
b. Untuk mengetahui karakteristik periode Angkatan Pujangga Baru.
c. Untuk mengetahui sumbangan apa saja yang diberikan periode Angkatan
d. Pujangga Baru dalam perkembangan sejarah Indonesia.
e. Untuk mengetahui tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Munculnya Periode Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Angkatan Pujangga Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928. Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
Pertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Melihat latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia, dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Pujangga Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan sastra yang mulai diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda pengambil inisiatif penerbitan majalah itu. Majalah tersebut menjadi media pertemuan para penulis muda. Dalam dada para penulis muda hanya ada satu tekad dan modal, yaitu hasrat yang menyala-nyala (antusiasme). Pada tahun itu pula diedarkannya prospectus atau edaran tentang pendapat dan pendirian kesusastraan. Maka terbentuklah perkumpulan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru. Pujangga Baru merupakan perjuangan untuk memajukan kesusastraan baru Indonesia sebagai Kader Kebudayaan Bangsa Indonesia, yang sesuai dengan jiwa baru bangsa Indonesia. Dengan lahirnya Pujangga Baru dimulailah kesusastraan Indonesia yang sebenarnya, dan kesusastraan Melayu di bumi Indonesia pun berakhirlah. Pujanggapujangganya terdiri atas berbagai suku bangsa yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa perjuangan, bahasa untuk melahirkan perasaan dan pikiran, menuju cita-cita yang luhur yaitu kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Semangat yang mendorong lahirnya Pujangga Baru ialah: Perasaan ingin bebas merdeka, tidak terkungkung dalam melahirkan perasaan, kehendak, dan pendapat menurut gerak sukma dan jiwa masing-masing.

2.2 Karakteristik Periode Angkatan Pujangga Baru
Pujangga Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mempunyai cita-cita yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru, kebudayaan Indonesia. Dalam memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia para pengarang menerima pengaruh secara eksternal seperti terlihat dari karya-karya Sutan Takdir Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun Arjmin Pane. Disamping itu pengaruh internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam karyanya Amir Hamzah dan sejumlah pengarang  yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan dalam ini, maka terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra. Para pengarang dan penyair yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan, sejak jaman Pujangga Baru mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat nasional dan universal.
Ciri-ciri karya sastra periode Angkatan Pujangga Baru meliputi dua aspek, yaitu ciri struktur estetik dan ciri ekstra estetik.
a.         Ciri Struktur Estetik
1) Puisinya berbentuk puisi baru, bukan pantun dan syair lagi,
2) Bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima,
3) Persajakan (rima) merupakan salah satu sarana kepuitisan utama,
4) Bahasa kiasan utama ialah perbandingan,
5) Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata yang indah,
6) Hubungan antara kalimat jelas dan hampir tidak ada kata-kata yang ambigu,
7) Mengekspresikan perasaan, pelukisan alam yang indah, dan tentram.
b.         Ciri Struktur Ekstra Estetik
1) Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern,
2) Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks,
seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,
3) Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk
baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,
4) Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
5) Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
6) Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
7) Ide keagaman menonjol
Dilihat kedua ciri struktur estetik dan ekstra estetik maka dapat diuraikan secara umum karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
1. Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern. Hal ini dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane yang bejudul “Manusia Baru”, pada karya Sutan Takdir Alisyabana yang berjudul “ Layar Berkembang” dan lain-lainnya.
2. Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional. Hal ini terlihat dalam karyanya Asmara Hadi yan berjudul “ Dalam Lingkungan Kawat Berduri”, pada karya Selasih yang berjudul “Pengaruh Keadaan”, dan karya A. Hasmy kumpulan sajak berjudul “ Kawat Berduri”.
3. Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan ini merangsang tumbuhnya keanekaragaman karya sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.
4. Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5. Romantik idealisme menjadi cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.

6. Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda, yang kebetulan pada  saat itu berkuasa di Indonesia. Pengarang-pengarang Belanda melakukan perubahan terhadap hasil karya pendahulunya, karena dirasakan sudah membeku.

2.3 Sumbangan Pujangga Baru dalam Perkembangan Sastra Indonesia

Problema terpenting yang dimuat dalam majalah Pujangga Baru adalah terbitnya kritik dan esai-esai tentang problemik kebudayaan, pendidikan, kesenian dan sastra. Dalam bidang kebudayaan dan pendidikan terjadi perdebatan yang cukup panjang antara Sutan Takdir Alisyahbana dengan Dr. Sutomo. Di bidang kebudayaan dan seni terjadi perdebatan antara Sutan Takdir Alisyahbana dengan Sanusi Pane.
Dalam hal ini Dr. Sutomo dan Sanusi Pane menolak konsepsi kebudayaan yang disampaikan Sutan Takdir Alisyahbana. Di bidang kesusastraan Syahrir menyatakan sastra Indonesia harus diberikan penilaian kepadanya. Kritik dan esai-esai kebudayaan yang di muat dalam majalah Pujangga Baru dikumpulkan oleh Achdiat Kartamiharja dan diterbitkan pada tahun 1949 dengan judul “ Polemik Kebudayaan “. Sehubungan dengan penerbitan sastra dalam majalah Pujangga Baru, maka dapat dikemukakan beberapa sumbangan dibidang sastra sebagai berikut:
1. Sumbangan terpenting adalah penyair-penyair Pujangga Baru telah mengadakan pembaharuan di bidang puisi, baik dalam bentuk maupun isinya.
2. Sumbangan kedua, karangan roman dalam bentuk novel mulai diperkenalkan pengarang, dimana ceritanya sudah mulai dpersoalkan kehidupan modren.
3. Sumbangan ketiga, karangan cerita pendek sudah menghiasi kesusastraan Indonesia. Misalnya, karya Sunan H. S yang berjudul “ Kawan Bergelut”.
4. Sumbangan keempat, munculnya kritik dan esai-esai kebudayaan. Para penulis telah berani mengemukakan pendapatnya, bagaimana kebudayaan Indobesia di masa akan dating. Bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap tradisi dan pembaharuan di lain pihak.
5. Sumbangan kelima, yang tidak kalah pentingnya munculnya kritik dan esei
tentang kesusastraan Indonesia. Kritik muncul sesudah terbitnya nover “Belenggu”. Jadi hasil cipta sastra bukan lagi sekedar bahan bacaan, tetapi sastra sudah merupakan bagian dari kehidupan.
6. Sumbangan yang tidak boleh kita lupakan, sastra dalam bentuk drama cukup banyak juga dihasilkan pengarang-pengarang muda. Tema-tema ceritanya diambil dari peristiwa sejarah kebesaran bangsa Indonesia pada masa lampau. Misalnya : Airlangga, Sandhyakalaning Majapahit dan ada juga temanya diambil dari persoalan-persoalan pada zaman Pujangga Baru.

2.4 Tokoh Periode Angkatan Pujangga Baru.
Angkatan Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi yang lazim disebut puisi baru yang meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan sebagainya. Penyair yang dipandang paling kuat pada masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya : Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi. Berikut ini adalah penyair-penyair Angkatan Pujangga Baru :

1. Amir Hamzah
Amir Hamzah dipandang sebagai penyair terbesar pada masa sebelum perang. Oleh karenanya H.B. Jassin menyebutkan sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Dua buah kumpulan puisinya yang terkenal adalah Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941). Sebenarnya puisi-puisi dalam Buah Rindu merupakan karya-karya pada awal kepenyairan Amir Hamzah, namun karena dipandang kurang memiliki kedalaman emosi, puisi-puisi tersebut diterbitkan kemudian. Puisi-puisi yang terkumpul dalam Nyanyi Sunyi lebih menunjukkan hasil karya permulaan dari penyairnya, ketika ia baru mencoba menciptakan puisi.
Di samping kedua karyanya itu, Amir Hamzah juga mengumpulkan sajak-sajak terjemahan. Sajak-sajak yang diterjemahkan itu berasal dari Negara-negara tetangga dan diterbitkan dengan judul Setanggi Timur. Sajak-sajak Amir Hamzah yang terkenal dikumpulkan di dalam Nyanyi Sunyi. Sajak-sajak itu diantaranya “Doa” yaitu :
“Doa”
Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?
Dengan senja samara sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.
Angina malam menghembus lemah, menyejuk badan, melambung rasa menayang piker, membawa angan ke bawah kursiMu.
Hatiku terang menerima kataMu, bagai bintang memasang lilinNya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihMu, bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan kataMu, penuhi dadaku dengan, cahayaMu, biar bersinar mataku sendu, biar berbinar galakku rayu.

“Doa” Amir Hamzah bersifat. Dalam puisinya ini Amir Hamzah ingin menunjukkan kemesraan hubungannya dengan Tuhan bagaikan kemesraannya dengan sang kekasih. Dalam puisi ini bahkan Tuhan disapa dengan kata “Kekasihku”. Dalam karangan-karangannya, ia tidak terlepas dari unsur Melayu dan unsur lama, yaitu bentuk pantun dan syair. Baris-barisnya tersusun atas dwiangga- tunggal dengan sebuah jeda (caesure) di tengah baris. Pada bentuk-bentuk puisinya, unsur Melayu pada Amir Hamzah tampak juga pada :
a. Sifatnya yang suka terhina-hina diri Misalnya untuk menyebutkan dirinya dipakai kata-kata dagang, musafir hina.
b. Pemakaian kosakata dan perbandingan-perbandingan.
c. Ia tidak pernah menggunakan bentuk soneta dalam karangan puisinya, walaupun bentuk itu amat digemari orang pada masa itu.
Demikianlah Amir Hamzah sebagai penyair terbesar pada masa Pujangga Baru. Karena irama puisinya kebanyakan padu, maka H.B. Jassin juga menjulukinya sebagai penyair dewa irama. Amir Hamzah adalah bangsawan dari Langkat yang lahir pada tanggal 28 Februari 1911 (tepatnya di Tanjungpura). Beliau wafat tanggal 19 Maret 1946 dalam “revolusi sosial” di Sumatra Utara. Setelah menamatkan HIS ia melanjutkan MULO di Medan, kemudian AMS di Solo (di sini ia bertemu dengan kekasihnya yang meninggalkan kesan mendalam di hatinya, yakni Ilik Sundari). Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta. Percintaannya dengan Ilik Sundari tidak berlanjut karena Amir Hamzah dipanggil pulang ke Langkat dan kemudian dikawinkan dengan putri pamannya serta tidak sempat berjumpa kembali dengan Ilik Sundari.

2. Sutan Takdir Alisjahbana
Sutan Takdir Alisjahbana lebih dikenal sebagai tokoh prosawan Angkatan Pujangga Baru daripada tokoh puisi. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru dalam dunia prosa di Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana yang cemerlang lebih banyak dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat puisi-puisinya. Mulai dari Layar Terkembang, Grotta Azzura, sampai dengan Kalah dan Menang, dikemukakan gagasan-gagasan dalam berbagai bidang kehidupan. Puisi-puisi Sutan takdir Alisjahbana dikumpulkan dalam kumpulan puisinya Tebaran Mega. Salah satu puisi adalah “Kembali” yaitu :


“K E M B A L I”
Ketika beta terjaga di dini hari
Melihat ‘alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam hatiku.
Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awing,
Kemilau embun menyambut terang.
Hidup, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita
Jalan waktu terlambat tiada,
Siang terkembang malam ‘lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
(St. Takdir Alisyahbana)
Karena idealisme yang menggebu-gebu, seringkali Sutan Takdir Alisjahbana menunjukkan kepada kita emosi yang meluap-luap tidak terkendalikan. Karena tampilnya emosi secara berlebihan, kadang-kadang pengucapan tema menjadi kurang matang. Sebagai contoh adalah puisi “Perjuangan” berikut ini:

Perjuangan
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.
Tenteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.
Tetapi hidup adalah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engaku Tuhanku di dalam dada.

(“Perjuangan”)
Di dalam puisi di atas, penyair menyindir perkataan tenteram dan damai yang mendalam yang dalam hal ini ditujukan kepada Taman Siswa. Jika kita masih hidup di dunia ini, sebenarnya tidak layak menginginkan tenteram damai itu. Hanya waktu tidur dan matilah kita akan tenteram dan damai. Hidup penuh perjuangan. Kiranya sang penyair sedikit bingung memberikan makna tenteram dan damai ini, karena secara berlebihan ia ingin menolak sikap yang puas terhadap keadaan tenteram dan damai itu.  Apabila kita perhatikan benaar-benar keseluruhan karangan STA, pada umumnya tampak ada beberapa sifat pada karangan-karangan itu :
a. Karangan itu terutama didorong oleh hasratnya untuk berjuang membawa bangsanya ke arah kemajuan sesuai dengan perkembangan masyarakat modern.
b. Bahasanya yang digunakan sederhana bersahaja dalam arti mudah dipahami dan meyakinkan.
c. Sebagian besar karangannya mengandung suasana kegembiraan dan suasana optimisme.

3. J.E. Tatengkeng
Penyair yang sajak-sajaknya berisi ratapan duka ini dilahirkan di kolongan Sangihe, Minahasa pada tanggal 19 Oktober 1907 dan meninggal dunia pada tanggal 6 Maret 1968 di Ujung Pandang. Pendidikan yang dilaluinya adalah HKS, HIS di Tahuna, dan kemudian di Pajeti. Tahun 1947 pernah menjabat sebagai Menteri Muda Pengajaran dan kemudian tahun 1949 menjabat sebagai Perdana menteri Negara Indonesia Timur (NTT).
Tatengkeng pernah menjabat sebagai dosen dan pendiri Universitas Hasanuddin. Sajak-sajaknya dikumpulkan dalam Rindu Dendam (1934). Puisi-puisi dalam kumpulan ini bernafaskan ketuhanan dan rasa syukur penyair atas kurnia Tuhan. Kedudukan yang diungkapkan lewat puisinya adalah disebabkan oleh kematian anaknya; kemudian nasib itu diterimanya sebagai kehendak Tuhan yang mesti diterima dengan tawakal.

4. Hamidah
Nama sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais. Ia lahir tahun 1914 dan meninggal pada 8 Mei 1953 di Palembang. Ia pengarang wanita pada zaman Pujangga Baru. Namanya menjadi penting karena pengarang dari kaum wanita pada masa itu belum banyak dan karangannya memang mempunyai corak khusus. Salah satu karangannya yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan Mustika.

5. Armijn Pane
Armijn Pane lahir di Muara, Sipongi, Tapanuli, 18 Agustus 1908. Dalam tulisan-tulisannya ia memakai nama samara yang berbeda-beda antara lain Adinata, A-Jiwa, A.Mada, A.Panji, Empe, dan Kornot. Karangannya meliputi berbagai macam bentuk novel, drama, puisi, cerpen esai dan juga karangan tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu karangannya yangterkenal berjudul Belenggu  (1940).

6. I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak Agung Panji Tisna)

Ia seorang pengarang dari Bali, beragama Hindu, lahir di Singaraja, 8 Februari 1908. Karangannya telah banyak diterbitkan. Sebagian besar karangannya mengambil tema yang berhubungan dengan adat kepercayaan masyarakat Bali dan dengan sendirinya mengambil latar belakang kehidupan di daerah Bali pula. Salah satu karangannya yang terpenting adalah berjudul Sukreni Gadis Bali.

7. Suman Hs. (Hasibuan)
Ia dilahirkan di Bengkalis pada tahun 1904. Suman Hs. Terkenal sebagai pengarang cerita detektif, seperti dalam karangan yang berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan. Ia juga menulis beberapa puisi yang dimuat dalam majalal, Panji Pustaka dan Majalah Pujangga Baru. Ciri khas pada semua karangan Suman Hs. yang paling menonjol ialah:
• Bahasa yang digunakan sungguh lancer, hidup dan memiliki perhatian.
• Sifat kejenakaannya terdapat pada hamper semua karangan.
• Semua novelnya mengandung unsure detektif walaupun sifat detektifnya masih sederhana dan orang gampang menebak penyelesaian persoalannya.

8. M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis Dayoh)
Karangannya:
- Peperangan Orang Minahasa dengan Orang Spanyol (1931)
- Pahlawan Minahana (Novel Sejarah 1935) dan lain-lain
9. Asmara Hadi
Nama sebenarnya Abdul Hadi. Nama samarannya Asmara Hadi, H.R. Hadi Ratna, IDIN dan IPIH A. Ia banyak menulis puisi dalam beberapa majalah, tetapi belum ada yang dibukukan tersendiri. Karangannya yang terkenal adalah Di Belakang Kawat Duri.

10. A. Hasymy (M. Ali Hasyim)
Ia pernah jadi Gubernur Aceh tahun 1957. Hampir semua sajaknya bernafaskan Islam dan mengandung unsur nasionalisme. Karangannya: Kisah Seorang Pengembara (Kumpulan Puisi, 1936) Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940)

11. Abdul Muis
Abdul Muis lahir pada tahun 1890. Belajar pada HIS (Sekolah Rakyat Belanda) dan Stovis (Sekolah Dokter) sampai tahun 1905, tetapi tidak tamat. Menjadi jurnalis (wartawan) dan menceburkan diri dalam gelanggang polotik. Banyak menyadur dan menterjemahkan juga banyak menulis cerita lama secara singkat. Romannya yang terkenal :

_ Salah Asuhan
_ Pertemuan Jodoh

12. Sanusi Pane
Lahir di Muara Sinongi(tapanuli) tahun 1905. mengunjungi Balai, Sibolga dan Padang. Sudah itu masuk sekolah mulo di padang dan kemudian di Jakarta. Akhirnya masuk kweekschool Gunung sari. Umur 19 tahun dianggat jadi guru pada Kweekscool Gunung Sari, yang kemudian pindah ke Lembang dan menjadi HIK. Juga mengajar di HIK. Negeri di bandung. Akhir tahun 1982 ia pergi ke India untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan Hindu. Kembali dari India ia memimpin majalah Timbul. Tahun 1934 ia memimpin perguruan Rakyat di Bandung dan masuk ke jurnalistik (menjadi jurnalistik). Pindah ke Perguruan Rakyat di Jakarta, kenudian menjadi pemimpin harian kebangunana dan kepala pengarang pada Balai Pustaka. Dalam karangan Sanusi Pane kelihatan 3 pengaruh: barat, India dan Jawa. Pengaruh barat kelihatan dalam Panoaran Cinta dan Madah Kelana dan lakon-lakonnya kelihatan pengaruh India. Ia condong jemistik Hindu.
Pengaruh Jawa terang benar pada pilihan ini beberapa sandiwaranya. Pada Sanusi Pane berbagai-bagai pengaruh tidak menjadi bulat padu, tetapi ia sering kelihatan melompat dari yang satu kepada yang lain, pendudukan Jepang menjadi ketua pusat Krbudayaan Jakarta.
Karangannya :
1. Pancaran Cinta (Prosa- lirik, 1926).
2. Puspa Maga (kumpulan sajak, 1927).
3. Madah Kelana (kumpulan sajak, 1931).
4. Kertajaya (sandiwara 1932).
5. Sandyakala ning Majapahit (sandiwara 1933).
6. Manusia baru ( Sandiwara 1940).
7. Sejarah Indonesia (1942)

13. Mohammad Yamin.

Dilahirkan di Sawah Lunto pada 23-8-1903. jalan sekolahnya agak membelok-belok. Dari sekolah Desa ke HIS, lalu ke Mulo. Dari Mulo masuk sekolah Pertanian lalu dipindah ke Sekolah Dokter Hewan. Kemudian pindah lagi ke AMS. Jogyakarta mencapai samtamat. Akhirnya melanjutkan ke RHS. Dan mencapai gelar MR. Pada th.1932.Di samping pekerjaannya sebagai pengacara dan ornaf pergerakan, ia masih sempat mempelajari secara mendalam bahasa dan sejarah Indonesia serta kebudayaan Timur.waktu muda ia banyak menulis puisi (Soneta terutama).
Pada usia tiga puluh ia menulis tonil “menantikan surat dari Raja”(terjemahan karangan R.Tagore 1928), dan Ken Arok dan Ken Dedes “. Setelah umur empat puluhan menulis biofgrafi, misalnya : Gajah Mada, Diponegoro. Berapa kali menjadi menteri. Karangannya yang lain misalnya :
1. Tan Malaka (1945).
2. Pantun-pantun sonata-soneta dan sanjak-sanjak bebas antara lain :
a. Gita gembala (kumpulan sonata).
b. Pagi-pagi (Soneta).
c. Gubahan (sonata).
d. Sungguhkan (sanjak bebas).

14. Rustam Effendi
Lahir di Sumatra tahun 1903. sesudah sekolah rendah mengunjungi Kweekschool Bukit tinggi, Hogere Kweekschool (SGA). Bandung, mendapat dan mencapai hoofdaote di negeri Belanda, menjadi anggota Tweede kamer sebagai wakil partai komunis (1936-1946). Mengunjungi Rusia kembali ke Indonesia sesudah keluar dari partai komunis dan mengabungkan diri dengan tan Malaka. Dalam kesusastraan salah seorang kenamaan sebelum Pujangga baru, karena keberaniannya membuat experiment tentang bahasa, malahan dapat dianggap salah seorang perintis jalan untuk puisi sesudah perang dunia ke 2. karangannya tidak mudah difahami, karena penuh dengan kata-kata dialek (yang hanya dipakai di suatu daerah saja) dan exsperimen-experimen bahasa.
Karangan :
1. Percikan Perempuan (kumpulan sajak 1924).
2. Rabasari (drama)
 
15. Ach. Kartamihardja
Lahir tahun 1911 di Bandung. Tamat sekolah Mulo di Bandung, sampai akhir tahun 1939 menjadi employe kebun di Parakan Salak. Awal 1940 jatuh sakit dan di raawat di Cisarun lima bulan lamanya. Ketiga itu banyak membaca dan terutama tertarik kepada pengarang-pengarang Nowergia. Waktu itu juga tertarik pada kesusastraan Indonesia dan agama Islam. Menulis sajak dalam majalah Panci Pustakasuara Timur, Pujangga Baru, Panca Raya dan Pembangunan. Semasa Pemerintahan Jepang masuk bekerja pada Pusat Kebudayaan Jakarta, sebagai penterjemah buku-buku Suna. Menjadi sekretaris dari “Angkatan Baru, yaitu kumpulan seniman-seniman yang didirikan oleh Pusat Kebudayaan. Menjadi anggota peibang Pergabungan Usaha Sandiwara Jawa. Beberapa bulan sebelum Jepang jatuh, minta berhenti lalu berdagang.
Karangannya:
Beberapa paham Angkatan 45 (Tinta Mas 1953)

16. Intovo
Nama samarannya: Rhamedin. Lahir di Tulungagung 27-7-1912. Masuk HIS di Mojokerto, Lamongan, Nganjuk dan Blitar dan kemudian HIK (SGA) di Blitar. Tahun 1930 pindah ke HIK Gunungsari di Lembang. Tahun 1933 tamat lalu masuk Hoofd-acte Cursus di Bandung, kemudian pada sekolah Mardisiswa di Blitar. Mulai tahun 1938 bekerja di HIS
Rangkasbitung.
Karangannya:
Sajak termuat dalam majalah Keluarga (Tamansiswa), Pujangga Baru, Kejawen bahasa Jawa dan Bangun (Bahasa Belanda) .

17. Ajirabas

Nama sebenarnya WJS. Purwedaminto. Lahir di Yogyakarta, 20-7- 1903. Mula-mula sekolah HIS sore, lalu pindah ke sekolah Klas II. Kemudian, Normaalschool Muntilan. Akhirnya Normaalschool Ambarawa. Tetapi pengetahuannya yang terbanyak diperoleh pada waktu sudah bekerja sebagai guru. Mula-mula belajar bahasa Belanda, sudah itu filsafat di bawah pimpinan Dr. J. van Rijckervorsel, Belajar Jawa Juno di bawah pimpinan Dr. C. Coxs. Sementara itu dipelajarinya juga bahasa Inggris. Ketika ia menjadi guru bahasa Indonesia di Jepang, ia melanjutkan pelajaran bahasa dan kesusastraan Inggris serta dipahamkannya juga sekedarnya bahasa Jepang. Agamanya Rooms Katholik. Di Jepang ia tinggal selama 5 tahun, yaitu dari 1932 sampai 1937, setelah kembali dari Jepang bekerja pada Balai Pustaka sebagai redaktur.
Karangannya:
1. Pacoban (1933)
2. Bausastra Jawa
3. Kamus Umum Bahasa Indonesia dan lain-lainnya


18. Yogi (A. Rival)
Lahir di Bonjol 1876. Guru bantu. Sejak 1955 bertani dan berniaga. Terasa pengaruh ajaran Theosofi padanya.

19. Dr. Abu Hanifah (dengan nama samara El Hakim)
Lahir tahun 1906 di Padang Panjang. Keluaran Sekolah Tinggi Kedokteran, Jakarta. Menulis beberapa sandiwara.
20. Jamaluddin (dengan nama samara Adi Negoro)
Pernah belajar di Stovia. Bergerak dalam lapangan jurnalistik. (persuratkabaran) Darah Muda Asmara Jaya.

21. Soetomo Jauhari Arifin
Lahir tahun 1916 dekat Madiun. Mengikuti kursus terkenal (tukang gambar) dan opname.
Karangannya: Andang Teruna

22. Hamidah (Nama sebenarnya Fatimah Hasan Delais)

Lahir di Mentok 13-6-1915. Meninggal 8-5-1953. Lepas dari sekolah Rakyat selanjutnya ke Meisyee Normaal – School di Padang Panjang. Tahun 1926 mulai mengajar pada Gr. di Mentok kemudian mengajar diPalembang Institut. Sambil bekerja belajar di Palembang bahasa Inggris dan pegang buku. Gemar membaca karangan Shakespease. Mengajar pada perguruan Taman Siswa sampai Jepang dating. Waktu revolusi berjalan membuka sekolah sendiri, yang pada tahun 1949 diserahkan kepada Pemerintah. Karangannya popular ialah: Kehilangan Mestika (roman)

23. Mozasa (Nama sebenarnya Mokhamat Zain Saidi)
Lahir di Sumatra Timur 1913. Tahun mengunjungi Normaalschool di Pematang Siantar masuk opleiding voor Landbouwenderwizer di Pancosan (Bogor) 1934. Menjadi guru Sekolah Desa di Kisaran 1935. Menjadi guru tani pada Verslgschool di Arnhemia. Karangan sajaknya dimuat antara lain dalam Pujangga Baru.
24. Anas Maruf
Lahir tahun 1922. Fakultas Hukum ( Gajah Mada Jogyakarta 1946 – 1948). Banyak menterjemahkan karangan R. Tagore (Kahir Citra, Sadhana).
25. Munis Samsul Azhar
Lahir di Kotaraja tahun 1921. Fakultas Kesusasteraan Gajah Mada. Karangan : Sanjak “ Bunglon”.

26. Lauren Kostar Bohang.
Lahir tahun 1913 di Sangihe. AMSB.
Karangannya :
1. Essay tentang Amir Hamzah.
2. Setangkai Kembang Melati.

27. Rival Amin
Lahir tahun 1927 di padang Panjang. Pendidikan SMA. Pekerjaan : Tukang catur, pembantu pada Badan Kepolisian, redaktur majalah “ Nusantara”, redaktur majalah “ Gema Suasana”.
Karangannya :
1. Tiga menguak Takdir.
2. Tali Jangkat Putus

28. Asrul Sani

Lahir di Sumatra Barat tahun 1926. pendidikan : Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan Bogor. Di waktu revolusi memimpin Lasykar Rakyat. Kemudian masuk tentara, jadi mahasiswa, menerbitkan harian perlawanan “
Suara Bogor” ; redaktur Gema Suasana”.
Gubahannya :
1. Anak Laut ( Puisi)
2. Surat dari ibu ( Puisi)
3. Bola Lampu ( ceritera pendek ).
4. 40. Adrus

29. Idrus
Lahir 21-9-1921. di Padang. Di samping Khairil Anwar dalam puisi, pembawa udara baru dalam prosa kesusasteraan Indonesia. Mulai menulis lukisan-lukisan ceritera pendek dan sandiwara, sesudah Jepang mendarat dalam tahun 1942. lukisan-lukisannya : Corat-coret di bawah Tanah, di tulisnya semasa Jepang dan baru bisa di umumkan sesudah proklamasi Indonesia merdeka. Sandiwara yang di tulisnya semasa Jepang dan baru bisa di umumkan sesudahnya :
1. Drama Ave Maria
2. Keluarga Surono
3. Kejahatan membalas dendam
4. Dr. Bisma
5. Jibaku Aceh.
Perjalanan pandangan hidupnya kelihatan dalam karangankarangannya Ave Marin ( ceritera pendek ), melalui corat-coret di bawah Tanah sampai ke Surabaya dan jalan lain ke Roma, yang dibukukan oleh Balai Pustaka di bawah nama : dari Ave Marin ke jalan lain ke Roma.

30. Ananta Tur Pramoedya
Lahir di Blora tahun 1925. pendidikan: SR. Blora dan Taman Dewasa Jakarta. Waktu Jepang : pegawai Domei; permulaan revolusi ; fron–korenpondent resimen 6, divisi Siliwangi – di tawan Belanda dari tahun 1947 – 1949.
Karangannya :
1. Perburuan
2. Subuh
3. Percika Revolusi

4. Keluarga Gerilya
5. Di tepi kali Bekasi
6. Mereka yang di lumpuhkan.

31. Samiati Akisyahbana
Lahir tanggal 15-3-1930. pendidikan His, SMP, SMA. Gubahannya :
1. Gambar Hidup ( puisi bebas )
2. Hanya mencoba ( puisi bebas)
3. Air Tenang ( puisi bebas).

32. S. Rukiah
Lahir 25 – 4 – 1927 di Purwakarta – Pendidikan : Sekolah Guru tahun (C. V. O ). Guru Sekolah Rendah Gadis Purwakarta. Karangannya :
1. Pohon Sunyi ( puisi bebas )
2. Pulasan Hidup ( puisi bebas )

33. Waluyati
Lahir 5 – 12 – 1924 di Sukabumi. Pendidikan : ELS – Mulo – HBS. Besar perhatiannya kepada alam – Gemar melukis dan main musik.
Gubahannya :
1. Telaga Remaja ( sonata berekor )
2. Nanti, Nantikanlah ( puisi bebas )
3. Siapa ? ( puisi bebas )
4. Berpisah ( puisi bebas )
5. Engkau ( puisi bebas )

34. Rosihan Anwar
Lahir pada 10 – 5 – 1922 di Padang. Pendidikan AMSI di Jogya, kemudian SMT. Jakarta. Pekerjaan wartawan “ Asin Raya” – “ Merdeka” – “ Singsat” dialah yang mula-mula memakai nama “ Angkatan 45” sebagai nama suatu aliran. Karangannya : Radio Masyarakat ( ceritera pendek ).


35. H. B. Yassin

Ahli kritik yang terkemuka dewasa ini. Tempat lahirnya di Minahasa. Banyak mengarang kupasan-kupasan tentang hasil seni dan kebudayaan pada umumnya. Mula-mula banyak mengubah syair, tetapi akhirnya lebih banyak menumpahkan perhatiannya kepada soal menimbang dan memperkatakan hasil-hasil kesusasteraan.
Karangannya :
1. Pancaran cita ( 1946 kumpulan )
2. Gema Tanah Air ( kumpulan puisi dan prosa ) ( 1942 – 1948 ).
3. Angkatan 45 ( 1951 )














BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Pujangga Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan sastra yang mulai diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda. Secara umum karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
1. Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern.
2. Mengandung nafas kebangsaan atau unsur nasional.
3. Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan isi.
4. Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5. Romantik idealisme, dalam melukiskan sesuatu dengan . bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.
6. Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri Belanda.
Sumbangan yang terpenting dari angkatan Pujangga Baru dalam perkembangan sastra Indonesia adalah pembaharuan di bidang puisi, roman dalam bentuk novel mulai diperkenalkan para pengarang. Di samping itu, tulisan-tulisan dalam bentuk esai dan kritik merupakan sesuatu yang bbaru, yang digunakan untuk memajukan kebudayaan dan sastra Indonesia.
Penyair yang dipandang paling kuat pada masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin digelari Raja Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini, misalnya : Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara Hadi.

3.2 Saran
Apa yang dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan tentang angkatan Pujangga Baru. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi angkatan Pujangga Baru. Khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.












DAFTAR PUSTAKA

Ø  Suroto. 1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ø  Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ø  Badudu, J.S. 1975. Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Ø  Sutresna, Ida Bagus. 2006. Sejarah Sastra Indonesia. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.