MAKALAH
PUISI PERIODE PUJANGGA BARU
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi Puisi
Dosen :
Ira Rahayu S.Pd ., M.Pd
Nama
anggota :
1. Dede Dian Sari 2A
2. Ghina Zakiya 2A
3. Heni 2A
4. Ikhwan Budi Setiawan 2A
5. Ismi Izzati 2A
6. Khikmatul Maola 2A
7. Peggy Dwi Rara S 2A
8.
Ulinnuha 2A
PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA
GUNUNG JATI
2014
Kata Pengantar
Puji
syukur atas kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Puisi Periode Pujangga Baru”.
Dan tak lupa pula sholawat berserta salam penyusun sanjungkan kepada pahlawan
refolusi islam yakni nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman
kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Angkatan
Pujangga Baru disebut juga angkatan ’33 atau ’30-an. Angkatan ini menginginkan
perubahan dari budaya statis menuju budaya yang dinamis. Angkatan sebelum
Pujangga Baru lebih menonjolkan sisi didaktisnya daripada ide-ide seni
murninya. Sedangkan angkatan Pujangga Baru dalam karya sastra khususnya puisi
cenderung bersifat estetis, individualis, dan murni ditujukan untuk seni itu
sendiri. Ini berkaitan dengan aliran sastra yang tampak pada puisi-puisi Pujangga
Baru yaitu aliran romantik.
Penyusun berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, penyusun pun menyadari bahwasanya makalah
ini belum sempurna, karena masih banyak
kekurangan didalamnya, maka dari itu penyusun meminta kritik dan saran yang
membangun. Atas kritik dan saranya penyusun mengucapkan terimakasih.
Cirebon, 14 Oktober 2014
Penyusun
Daftar
isi
Kata Pengantar ........................................................................... i
Daftar Isi ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... iii
1.1
Latar Belakang ........................................................................ iii
1.2
Rumusan Masalah ................................................................... iv
1.3
Tujuan Penulisan ..................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN ............................................................ 1
2.1 Sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru .......... 1
2.2
Karakteristik periode Angkatan Pujangga Baru ................... 2
2.3
Sumbangan yang diberikan periode Angkatan Pujangga Baru .. 4
2.4
Tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru ...................... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................... 24
3.1
Simpulan .................................................................................. 24
3.2
Saran ........................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 26
BAB
I
PENDAHULUAN
1 .1 Latar Belakang
Angkatan Pujangga Baru disebut juga
angkatan ’33 atau ’30-an. Angkatan ini menginginkan perubahan dari budaya
statis menuju budaya yang dinamis. Angkatan sebelum Pujangga Baru lebih
menonjolkan sisi didaktisnya daripada ide-ide seni murninya. Sedangkan angkatan
Pujangga Baru dalam karya sastra khususnya puisi cenderung bersifat estetis,
individualis, dan murni ditujukan untuk seni itu sendiri. Ini berkaitan dengan
aliran sastra yang tampak pada puisi-puisi Pujangga Baru yaitu aliran romantik.
Dasar pemikiran aliran ini
(Waluyo,1987: 32) adalah ingin menggambarkan kenyataan hidup dengan penuh
keindahan tanpa cela. Jika yang dilukiskan itu adalah kebahagiaan, maka
kebahagiaan itu sempurna tanpa tara. Sebaliknya jika yang dilukiskan kesedihan,
maka pengarang ingin agar air mata terkuras. Oleh karena itu, antara aliran
romantis sering dikaitkan dengan sifat sentimental atau cengeng.
Dalam aliran ini perasaan lebih
ditonjolkan, sedang rasio dinomorduakan. Oleh karena itu, pendekatan yang
sesuai untuk mengapresiasi puisi-puisi angkatan Pujangga Baru adalah pendekatan
analitik dan pendekatan ekspresif. Dengan pendekatan analitik kita dapat
memahami gagasan, figurasi, mekanisme unsur-unsur puitik dan kontribusinya
dalam membina keutuhan karya sajak. Sedangkan dengan pendekatan ekspresif, kita
dapat mengetahui pemikiran, pandangan perasaan, dan proses kejiwaan pengarang.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah munculnya
periode Angkatan Pujangga Baru?
b. Apa karakteristik periode
Angkatan Pujangga Baru?
c.Apa
saja sumbangan yang diberikan periode Angkatan Pujangga Baru dalam perkembangan
sejarah Indonesia?
d.
Siapa saja tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru?
1.3 Tujuan
a.
Untuk mengetahui sejarah munculnya periode Angkatan Pujangga Baru.
b.
Untuk mengetahui karakteristik periode Angkatan Pujangga Baru.
c.
Untuk mengetahui sumbangan apa saja yang diberikan periode Angkatan
d.
Pujangga Baru dalam perkembangan sejarah Indonesia.
e.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh periode Angkatan Pujangga Baru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Munculnya Periode Angkatan
Pujangga Baru
Angkatan
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama
terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan
elitis menjadi "bapak" sastra modern Indonesia. Angkatan Pujangga
Baru (1930-1942) dilatarbelakangi kejadian bersejarah “Sumpah Pemuda” pada 28
Oktober 1928. Ikrar Sumpah Pemuda 1928:
Pertama Kami putra dan putri
Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua Kami putra dan putri
Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Melihat
latar belakang sejarah pada masa Angkatan Pujangga Baru, tampak Angkatan
Pujangga Baru ingin menyampaikan semangat persatuan dan kesatuan Indonesia,
dalam satu bahasa yaitu bahasa Indonesia.
Pujangga
Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan sastra yang mulai
diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang kemudian dipakai
untuk menamai segolongan pujangga muda pengambil inisiatif penerbitan majalah
itu. Majalah tersebut menjadi media pertemuan para penulis muda. Dalam dada
para penulis muda hanya ada satu tekad dan modal, yaitu hasrat yang
menyala-nyala (antusiasme). Pada tahun itu pula diedarkannya prospectus atau
edaran tentang pendapat dan pendirian kesusastraan. Maka terbentuklah
perkumpulan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru. Pujangga Baru
merupakan perjuangan untuk memajukan kesusastraan baru Indonesia sebagai Kader
Kebudayaan Bangsa Indonesia, yang sesuai dengan jiwa baru bangsa Indonesia. Dengan
lahirnya Pujangga Baru dimulailah kesusastraan Indonesia yang sebenarnya, dan
kesusastraan Melayu di bumi Indonesia pun berakhirlah. Pujanggapujangganya
terdiri atas berbagai suku bangsa yang mempergunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa perjuangan, bahasa untuk melahirkan perasaan dan pikiran, menuju
cita-cita yang luhur yaitu kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Semangat yang
mendorong lahirnya Pujangga Baru ialah: Perasaan ingin bebas merdeka, tidak
terkungkung dalam melahirkan perasaan, kehendak, dan pendapat menurut gerak
sukma dan jiwa masing-masing.
2.2 Karakteristik Periode Angkatan
Pujangga Baru
Pujangga
Baru merupakan tempat berkumpulnya sejumlah pengarang yang memiliki
keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mereka mempunyai cita-cita yang sama, yaitu membentuk kebudayaan baru,
kebudayaan Indonesia. Dalam memajukan kebudayaan, khususnya sastra Indonesia
para pengarang menerima pengaruh secara eksternal seperti terlihat dari
karya-karya Sutan Takdir Alisyahbana, J.E. Ta Tengkeng ataupun Arjmin Pane.
Disamping itu pengaruh internal juga cukup kuat, seperti terlihat dalam
karyanya Amir Hamzah dan sejumlah pengarang
yang lainnya. Sebagai akibat dari pengaruh dari luar dan dalam ini, maka
terjadi akulturasi budaya, yaitu pergeseran budaya di bidang sastra. Para
pengarang dan penyair yang sebelumnya banyak berfikir soal kedaerahan, sejak
jaman Pujangga Baru mulai mengarah pada hal-hal yang bersifat nasional dan
universal.
Ciri-ciri
karya sastra periode Angkatan Pujangga Baru meliputi dua aspek, yaitu ciri
struktur estetik dan ciri ekstra estetik.
a. Ciri
Struktur Estetik
1) Puisinya berbentuk puisi baru,
bukan pantun dan syair lagi,
2) Bentuknya lebih bebas daripada
puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima,
3) Persajakan (rima) merupakan salah
satu sarana kepuitisan utama,
4) Bahasa kiasan utama ialah
perbandingan,
5) Pilihan kata-katanya diwarnai
dengan kata-kata yang indah,
6) Hubungan antara kalimat jelas dan
hampir tidak ada kata-kata yang ambigu,
7) Mengekspresikan perasaan,
pelukisan alam yang indah, dan tentram.
b. Ciri
Struktur Ekstra Estetik
1) Bahasa yang dipakai adalah bahasa
Indonesia modern,
2) Temanya tidak hanya tentang adat
atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks,
seperti emansipasi wanita, kehidupan
kaum intelek, dan sebagainya,
3) Bentuk puisinya adalah puisi
bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk
baru yang disebut soneta, yaitu
puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,
4) Pengaruh barat terasa sekali,
terutama dari Angkatan ’80 Belanda,
5) Aliran yang dianut adalah
romantik idealisme, dan
6) Setting yang menonjol adalah
masyarakat penjajahan.
7) Ide keagaman menonjol
Dilihat
kedua ciri struktur estetik dan ekstra estetik maka dapat diuraikan secara umum
karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
1. Tema pokok ceritanya tidak lagi
berkisar pada masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern. Hal ini
dapat kita ketahui pada karya Sanusi Pane yang bejudul “Manusia Baru”, pada
karya Sutan Takdir Alisyabana yang berjudul “ Layar Berkembang” dan
lain-lainnya.
2. Mengandung nafas kebangsaan atau
unsur nasional. Hal ini terlihat dalam karyanya Asmara Hadi yan berjudul “
Dalam Lingkungan Kawat Berduri”, pada karya Selasih yang berjudul “Pengaruh
Keadaan”, dan karya A. Hasmy kumpulan sajak berjudul “ Kawat Berduri”.
3. Memiliki kebebasan dalam
menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan ini merangsang tumbuhnya
keanekaragaman karya sastra, seperti novel, cerpen, puisi, kritik dan esai.
4. Bahasa sastra Pujangga Baru
adalah bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat
dan ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5. Romantik idealisme menjadi
cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indah-indah, tetapi
sering terasa berlebihan.
6. Pengaruh asing yang cukup kuat
adalah negeri Belanda, yang kebetulan pada
saat itu berkuasa di Indonesia. Pengarang-pengarang Belanda melakukan
perubahan terhadap hasil karya pendahulunya, karena dirasakan sudah membeku.
2.3
Sumbangan Pujangga Baru dalam
Perkembangan Sastra Indonesia
Problema
terpenting yang dimuat dalam majalah Pujangga Baru adalah terbitnya kritik dan
esai-esai tentang problemik kebudayaan, pendidikan, kesenian dan sastra. Dalam
bidang kebudayaan dan pendidikan terjadi perdebatan yang cukup panjang antara
Sutan Takdir Alisyahbana dengan Dr. Sutomo. Di bidang kebudayaan dan seni
terjadi perdebatan antara Sutan Takdir Alisyahbana dengan Sanusi Pane.
Dalam hal
ini Dr. Sutomo dan Sanusi Pane menolak konsepsi kebudayaan yang disampaikan
Sutan Takdir Alisyahbana. Di bidang kesusastraan Syahrir menyatakan sastra
Indonesia harus diberikan penilaian kepadanya. Kritik dan esai-esai kebudayaan
yang di muat dalam majalah Pujangga Baru dikumpulkan oleh Achdiat Kartamiharja
dan diterbitkan pada tahun 1949 dengan judul “ Polemik Kebudayaan “. Sehubungan
dengan penerbitan sastra dalam majalah Pujangga Baru, maka dapat dikemukakan
beberapa sumbangan dibidang sastra sebagai berikut:
1. Sumbangan terpenting adalah penyair-penyair
Pujangga Baru telah mengadakan pembaharuan di bidang puisi, baik dalam bentuk
maupun isinya.
2. Sumbangan kedua, karangan roman dalam bentuk
novel mulai diperkenalkan pengarang, dimana ceritanya sudah mulai dpersoalkan
kehidupan modren.
3. Sumbangan ketiga, karangan cerita pendek sudah
menghiasi kesusastraan Indonesia. Misalnya, karya Sunan H. S yang berjudul “
Kawan Bergelut”.
4. Sumbangan keempat, munculnya kritik dan
esai-esai kebudayaan. Para penulis telah berani mengemukakan pendapatnya,
bagaimana kebudayaan Indobesia di masa akan dating. Bagaimana seharusnya kita
bersikap terhadap tradisi dan pembaharuan di lain pihak.
5. Sumbangan kelima, yang tidak kalah pentingnya
munculnya kritik dan esei
tentang kesusastraan Indonesia.
Kritik muncul sesudah terbitnya nover “Belenggu”. Jadi hasil cipta sastra bukan
lagi sekedar bahan bacaan, tetapi sastra sudah merupakan bagian dari kehidupan.
6. Sumbangan yang tidak boleh kita lupakan, sastra
dalam bentuk drama cukup banyak juga dihasilkan pengarang-pengarang muda.
Tema-tema ceritanya diambil dari peristiwa sejarah kebesaran bangsa Indonesia
pada masa lampau. Misalnya : Airlangga, Sandhyakalaning Majapahit dan ada juga
temanya diambil dari persoalan-persoalan pada zaman Pujangga Baru.
2.4 Tokoh Periode Angkatan Pujangga
Baru.
Angkatan
Pujangga Baru mempopulerkan jenis puisi yang lazim disebut puisi baru yang
meliputi soneta, distikon, kwartrain, dan sebagainya. Penyair yang dipandang
paling kuat pada masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh H.B. Jassin
digelari Raja Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat pada masa ini,
misalnya : Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali Syahbana, dan Asmara
Hadi. Berikut ini adalah penyair-penyair Angkatan Pujangga Baru :
1. Amir Hamzah
Amir
Hamzah dipandang sebagai penyair terbesar pada masa sebelum perang. Oleh
karenanya H.B. Jassin menyebutkan sebagai Raja Penyair Pujangga Baru. Dua buah
kumpulan puisinya yang terkenal adalah Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah
Rindu (1941). Sebenarnya puisi-puisi dalam Buah Rindu merupakan
karya-karya pada awal kepenyairan Amir Hamzah, namun karena dipandang kurang
memiliki kedalaman emosi, puisi-puisi tersebut diterbitkan kemudian.
Puisi-puisi yang terkumpul dalam Nyanyi Sunyi lebih menunjukkan hasil
karya permulaan dari penyairnya, ketika ia baru mencoba menciptakan puisi.
Di samping
kedua karyanya itu, Amir Hamzah juga mengumpulkan sajak-sajak terjemahan.
Sajak-sajak yang diterjemahkan itu berasal dari Negara-negara tetangga dan
diterbitkan dengan judul Setanggi Timur. Sajak-sajak Amir Hamzah yang
terkenal dikumpulkan di dalam Nyanyi Sunyi. Sajak-sajak itu diantaranya
“Doa” yaitu :
“Doa”
Dengan apakah kubandingkan pertemuan
kita, kekasihku?
Dengan senja samara sepoi, pada masa
purnama meningkat naik, setelah menghalaukan panas payah terik.
Angina malam menghembus lemah,
menyejuk badan, melambung rasa menayang piker, membawa angan ke bawah kursiMu.
Hatiku terang menerima kataMu, bagai
bintang memasang lilinNya.
Kalbuku terbuka menunggu kasihMu,
bagai sedap malam menyirak kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hatiku dengan
kataMu, penuhi dadaku dengan, cahayaMu, biar bersinar mataku sendu, biar
berbinar galakku rayu.
“Doa” Amir Hamzah bersifat. Dalam
puisinya ini Amir Hamzah ingin menunjukkan kemesraan hubungannya dengan Tuhan
bagaikan kemesraannya dengan sang kekasih. Dalam puisi ini bahkan Tuhan disapa
dengan kata “Kekasihku”. Dalam karangan-karangannya, ia tidak terlepas dari
unsur Melayu dan unsur lama, yaitu bentuk pantun dan syair. Baris-barisnya
tersusun atas dwiangga- tunggal dengan sebuah jeda (caesure) di tengah baris.
Pada bentuk-bentuk puisinya, unsur Melayu pada Amir Hamzah tampak juga pada :
a. Sifatnya yang suka terhina-hina diri Misalnya
untuk menyebutkan dirinya dipakai kata-kata dagang, musafir hina.
b. Pemakaian kosakata dan
perbandingan-perbandingan.
c. Ia tidak pernah menggunakan bentuk soneta dalam
karangan puisinya, walaupun bentuk itu amat digemari orang pada masa itu.
Demikianlah
Amir Hamzah sebagai penyair terbesar pada masa Pujangga Baru. Karena irama
puisinya kebanyakan padu, maka H.B. Jassin juga menjulukinya sebagai penyair
dewa irama. Amir Hamzah adalah bangsawan dari Langkat yang lahir pada tanggal
28 Februari 1911 (tepatnya di Tanjungpura). Beliau wafat tanggal 19 Maret 1946
dalam “revolusi sosial” di Sumatra Utara. Setelah menamatkan HIS ia melanjutkan
MULO di Medan, kemudian AMS di Solo (di sini ia bertemu dengan kekasihnya yang
meninggalkan kesan mendalam di hatinya, yakni Ilik Sundari). Pendidikan
terakhirnya adalah Sekolah Hakim Tinggi di Jakarta. Percintaannya dengan Ilik
Sundari tidak berlanjut karena Amir Hamzah dipanggil pulang ke Langkat dan
kemudian dikawinkan dengan putri pamannya serta tidak sempat berjumpa kembali
dengan Ilik Sundari.
2. Sutan Takdir Alisjahbana
Sutan
Takdir Alisjahbana lebih dikenal sebagai tokoh prosawan Angkatan Pujangga Baru
daripada tokoh puisi. Prosa-prosanya menjadi salah satu tonggak baru dalam
dunia prosa di Indonesia. Gagasan-gagasan Sutan Takdir Alisjahbana yang
cemerlang lebih banyak dicetuskan lewat prosa-prosanya daripada lewat
puisi-puisinya. Mulai dari Layar Terkembang, Grotta Azzura, sampai
dengan Kalah dan Menang, dikemukakan gagasan-gagasan dalam berbagai
bidang kehidupan. Puisi-puisi Sutan takdir Alisjahbana dikumpulkan dalam
kumpulan puisinya Tebaran Mega. Salah satu puisi adalah “Kembali” yaitu
:
“K E M B A L I”
Ketika beta terjaga di dini hari
Melihat ‘alam sepermai ini,
Terasalah beta darah baru
Gembira berdebur di dalam hatiku.
Girang unggas bersuka ria,
Gemilang sekar bermegah warna,
Mega muda bermain di awing,
Kemilau embun menyambut terang.
Hidup, hiduplah jiwa,
Turut gembira turut mencipta
Dalam alam indah jelita
Jalan waktu terlambat tiada,
Siang terkembang malam ‘lah tiba:
Percuma dahlia tiada berbunga.
(St. Takdir Alisyahbana)
Karena
idealisme yang menggebu-gebu, seringkali Sutan Takdir Alisjahbana menunjukkan
kepada kita emosi yang meluap-luap tidak terkendalikan. Karena tampilnya emosi
secara berlebihan, kadang-kadang pengucapan tema menjadi kurang matang. Sebagai
contoh adalah puisi “Perjuangan” berikut ini:
Perjuangan
Tenteram dan damai?
Tidak, tidak Tuhanku!
Tenteram dan damai waktu tidur di
malam sepi.
Tenteram dan damai berbaju putih di
dalam kubur.
Tetapi hidup adalah perjuangan.
Perjuangan semata lautan segara.
Perjuangan semata alam semesta.
Hanya dalam berjuang beta merasa
tenteram dan damai.
Hanya dalam berjuang berkobar Engaku
Tuhanku di dalam dada.
(“Perjuangan”)
Di dalam
puisi di atas, penyair menyindir perkataan tenteram dan damai yang mendalam
yang dalam hal ini ditujukan kepada Taman Siswa. Jika kita masih hidup di dunia
ini, sebenarnya tidak layak menginginkan tenteram damai itu. Hanya waktu tidur
dan matilah kita akan tenteram dan damai. Hidup penuh perjuangan. Kiranya sang
penyair sedikit bingung memberikan makna tenteram dan damai ini, karena secara
berlebihan ia ingin menolak sikap yang puas terhadap keadaan tenteram dan damai
itu. Apabila kita perhatikan
benaar-benar keseluruhan karangan STA, pada umumnya tampak ada beberapa sifat
pada karangan-karangan itu :
a. Karangan itu terutama didorong oleh hasratnya
untuk berjuang membawa bangsanya ke arah kemajuan sesuai dengan perkembangan
masyarakat modern.
b. Bahasanya yang digunakan sederhana bersahaja
dalam arti mudah dipahami dan meyakinkan.
c. Sebagian besar karangannya mengandung suasana
kegembiraan dan suasana optimisme.
3. J.E. Tatengkeng
Penyair
yang sajak-sajaknya berisi ratapan duka ini dilahirkan di kolongan Sangihe,
Minahasa pada tanggal 19 Oktober 1907 dan meninggal dunia pada tanggal 6 Maret
1968 di Ujung Pandang. Pendidikan yang dilaluinya adalah HKS, HIS di Tahuna,
dan kemudian di Pajeti. Tahun 1947 pernah menjabat sebagai Menteri Muda
Pengajaran dan kemudian tahun 1949 menjabat sebagai Perdana menteri Negara
Indonesia Timur (NTT).
Tatengkeng pernah menjabat sebagai dosen dan pendiri
Universitas Hasanuddin. Sajak-sajaknya dikumpulkan dalam Rindu Dendam (1934).
Puisi-puisi dalam kumpulan ini bernafaskan ketuhanan dan rasa syukur penyair
atas kurnia Tuhan. Kedudukan yang diungkapkan lewat puisinya adalah disebabkan
oleh kematian anaknya; kemudian nasib itu diterimanya sebagai kehendak Tuhan
yang mesti diterima dengan tawakal.
4. Hamidah
Nama
sesungguhnya adalah Fatimah Hasan Delais. Ia lahir tahun 1914 dan meninggal
pada 8 Mei 1953 di Palembang. Ia pengarang wanita pada zaman Pujangga Baru.
Namanya menjadi penting karena pengarang dari kaum wanita pada masa itu belum
banyak dan karangannya memang mempunyai corak khusus. Salah satu karangannya
yang cukup penting adalah berjudul Kehilangan Mustika.
5. Armijn Pane
Armijn
Pane lahir di Muara, Sipongi, Tapanuli, 18 Agustus 1908. Dalam
tulisan-tulisannya ia memakai nama samara yang berbeda-beda antara lain
Adinata, A-Jiwa, A.Mada, A.Panji, Empe, dan Kornot. Karangannya meliputi
berbagai macam bentuk novel, drama, puisi, cerpen esai dan juga karangan
tentang pengetahuan tata bahasa. Salah satu karangannya yangterkenal berjudul
Belenggu (1940).
6. I Gusti Nyoman Putu Tisna (Anak
Agung Panji Tisna)
Ia
seorang pengarang dari Bali, beragama Hindu, lahir di Singaraja, 8 Februari
1908. Karangannya telah banyak diterbitkan. Sebagian besar karangannya
mengambil tema yang berhubungan dengan adat kepercayaan masyarakat Bali dan
dengan sendirinya mengambil latar belakang kehidupan di daerah Bali pula. Salah
satu karangannya yang terpenting adalah berjudul Sukreni Gadis Bali.
7. Suman Hs. (Hasibuan)
Ia dilahirkan di Bengkalis pada
tahun 1904. Suman Hs. Terkenal sebagai pengarang cerita detektif, seperti dalam
karangan yang berjudul Mencari Pencuri Anak Perawan. Ia juga menulis beberapa
puisi yang dimuat dalam majalal, Panji Pustaka dan Majalah Pujangga Baru. Ciri
khas pada semua karangan Suman Hs. yang paling menonjol ialah:
• Bahasa yang digunakan sungguh
lancer, hidup dan memiliki perhatian.
• Sifat kejenakaannya terdapat pada
hamper semua karangan.
• Semua novelnya mengandung unsure
detektif walaupun sifat detektifnya masih sederhana dan orang gampang menebak
penyelesaian persoalannya.
8. M.R. Dayoh (Dr. He. Marius Ramis
Dayoh)
Karangannya:
- Peperangan Orang Minahasa dengan
Orang Spanyol (1931)
- Pahlawan Minahana (Novel Sejarah
1935) dan lain-lain
9. Asmara Hadi
Nama sebenarnya Abdul Hadi. Nama
samarannya Asmara Hadi, H.R. Hadi Ratna, IDIN dan IPIH A. Ia banyak menulis
puisi dalam beberapa majalah, tetapi belum ada yang dibukukan tersendiri.
Karangannya yang terkenal adalah Di Belakang Kawat Duri.
10. A. Hasymy (M. Ali Hasyim)
Ia pernah jadi Gubernur Aceh tahun
1957. Hampir semua sajaknya bernafaskan Islam dan mengandung unsur
nasionalisme. Karangannya: Kisah Seorang Pengembara (Kumpulan Puisi, 1936)
Dewan Sajak (Kumpulan Puisi, 1940)
11. Abdul Muis
Abdul Muis lahir pada tahun 1890.
Belajar pada HIS (Sekolah Rakyat Belanda) dan Stovis (Sekolah Dokter) sampai
tahun 1905, tetapi tidak tamat. Menjadi jurnalis (wartawan) dan menceburkan
diri dalam gelanggang polotik. Banyak menyadur dan menterjemahkan juga banyak
menulis cerita lama secara singkat. Romannya yang terkenal :
_
Salah Asuhan
_ Pertemuan Jodoh
12. Sanusi Pane
Lahir di Muara Sinongi(tapanuli)
tahun 1905. mengunjungi Balai, Sibolga dan Padang. Sudah itu masuk sekolah mulo
di padang dan kemudian di Jakarta. Akhirnya masuk kweekschool Gunung sari. Umur
19 tahun dianggat jadi guru pada Kweekscool Gunung Sari, yang kemudian pindah
ke Lembang dan menjadi HIK. Juga mengajar di HIK. Negeri di bandung. Akhir
tahun 1982 ia pergi ke India untuk menambah pengetahuan tentang kebudayaan
Hindu. Kembali dari India ia memimpin majalah Timbul. Tahun 1934 ia memimpin
perguruan Rakyat di Bandung dan masuk ke jurnalistik (menjadi jurnalistik).
Pindah ke Perguruan Rakyat di Jakarta, kenudian menjadi pemimpin harian
kebangunana dan kepala pengarang pada Balai Pustaka. Dalam karangan Sanusi Pane
kelihatan 3 pengaruh: barat, India dan Jawa. Pengaruh barat kelihatan dalam
Panoaran Cinta dan Madah Kelana dan lakon-lakonnya kelihatan pengaruh India. Ia
condong jemistik Hindu.
Pengaruh Jawa terang benar pada
pilihan ini beberapa sandiwaranya. Pada Sanusi Pane berbagai-bagai pengaruh
tidak menjadi bulat padu, tetapi ia sering kelihatan melompat dari yang satu
kepada yang lain, pendudukan Jepang menjadi ketua pusat Krbudayaan Jakarta.
Karangannya :
1. Pancaran Cinta (Prosa- lirik,
1926).
2. Puspa Maga (kumpulan sajak,
1927).
3. Madah Kelana (kumpulan sajak,
1931).
4. Kertajaya (sandiwara 1932).
5. Sandyakala ning Majapahit
(sandiwara 1933).
6. Manusia baru ( Sandiwara 1940).
7. Sejarah Indonesia (1942)
13. Mohammad Yamin.
Dilahirkan
di Sawah Lunto pada 23-8-1903. jalan sekolahnya agak membelok-belok. Dari
sekolah Desa ke HIS, lalu ke Mulo. Dari Mulo masuk sekolah Pertanian lalu
dipindah ke Sekolah Dokter Hewan. Kemudian pindah lagi ke AMS. Jogyakarta
mencapai samtamat. Akhirnya melanjutkan ke RHS. Dan mencapai gelar MR. Pada
th.1932.Di samping pekerjaannya sebagai pengacara dan ornaf pergerakan, ia
masih sempat mempelajari secara mendalam bahasa dan sejarah Indonesia serta
kebudayaan Timur.waktu muda ia banyak menulis puisi (Soneta terutama).
Pada usia tiga puluh ia menulis
tonil “menantikan surat dari Raja”(terjemahan karangan R.Tagore 1928), dan Ken
Arok dan Ken Dedes “. Setelah umur empat puluhan menulis biofgrafi, misalnya :
Gajah Mada, Diponegoro. Berapa kali menjadi menteri. Karangannya yang lain
misalnya :
1. Tan Malaka (1945).
2. Pantun-pantun sonata-soneta dan
sanjak-sanjak bebas antara lain :
a. Gita gembala (kumpulan sonata).
b. Pagi-pagi (Soneta).
c. Gubahan (sonata).
d. Sungguhkan (sanjak bebas).
14. Rustam Effendi
Lahir di Sumatra tahun 1903. sesudah
sekolah rendah mengunjungi Kweekschool Bukit tinggi, Hogere Kweekschool (SGA).
Bandung, mendapat dan mencapai hoofdaote di negeri Belanda, menjadi anggota
Tweede kamer sebagai wakil partai komunis (1936-1946). Mengunjungi Rusia
kembali ke Indonesia sesudah keluar dari partai komunis dan mengabungkan diri
dengan tan Malaka. Dalam kesusastraan salah seorang kenamaan sebelum Pujangga
baru, karena keberaniannya membuat experiment tentang bahasa, malahan dapat
dianggap salah seorang perintis jalan untuk puisi sesudah perang dunia ke 2.
karangannya tidak mudah difahami, karena penuh dengan kata-kata dialek (yang
hanya dipakai di suatu daerah saja) dan exsperimen-experimen bahasa.
Karangan :
1. Percikan Perempuan (kumpulan
sajak 1924).
2. Rabasari (drama)
15. Ach. Kartamihardja
Lahir tahun 1911 di Bandung. Tamat
sekolah Mulo di Bandung, sampai akhir tahun 1939 menjadi employe kebun di
Parakan Salak. Awal 1940 jatuh sakit dan di raawat di Cisarun lima bulan
lamanya. Ketiga itu banyak membaca dan terutama tertarik kepada
pengarang-pengarang Nowergia. Waktu itu juga tertarik pada kesusastraan
Indonesia dan agama Islam. Menulis sajak dalam majalah Panci Pustakasuara
Timur, Pujangga Baru, Panca Raya dan Pembangunan. Semasa Pemerintahan Jepang
masuk bekerja pada Pusat Kebudayaan Jakarta, sebagai penterjemah buku-buku
Suna. Menjadi sekretaris dari “Angkatan Baru, yaitu kumpulan seniman-seniman
yang didirikan oleh Pusat Kebudayaan. Menjadi anggota peibang Pergabungan Usaha
Sandiwara Jawa. Beberapa bulan sebelum Jepang jatuh, minta berhenti lalu
berdagang.
Karangannya:
Beberapa paham Angkatan 45 (Tinta
Mas 1953)
16. Intovo
Nama samarannya: Rhamedin. Lahir di
Tulungagung 27-7-1912. Masuk HIS di Mojokerto, Lamongan, Nganjuk dan Blitar dan
kemudian HIK (SGA) di Blitar. Tahun 1930 pindah ke HIK Gunungsari di Lembang.
Tahun 1933 tamat lalu masuk Hoofd-acte Cursus di Bandung, kemudian pada sekolah
Mardisiswa di Blitar. Mulai tahun 1938 bekerja di HIS
Rangkasbitung.
Karangannya:
Sajak termuat dalam majalah Keluarga
(Tamansiswa), Pujangga Baru, Kejawen bahasa Jawa dan Bangun (Bahasa Belanda) .
17. Ajirabas
Nama
sebenarnya WJS. Purwedaminto. Lahir di Yogyakarta, 20-7- 1903. Mula-mula
sekolah HIS sore, lalu pindah ke sekolah Klas II. Kemudian, Normaalschool
Muntilan. Akhirnya Normaalschool Ambarawa. Tetapi pengetahuannya yang terbanyak
diperoleh pada waktu sudah bekerja sebagai guru. Mula-mula belajar bahasa
Belanda, sudah itu filsafat di bawah pimpinan Dr. J. van Rijckervorsel, Belajar
Jawa Juno di bawah pimpinan Dr. C. Coxs. Sementara itu dipelajarinya juga
bahasa Inggris. Ketika ia menjadi guru bahasa Indonesia di Jepang, ia
melanjutkan pelajaran bahasa dan kesusastraan Inggris serta dipahamkannya juga
sekedarnya bahasa Jepang. Agamanya Rooms Katholik. Di Jepang ia tinggal selama
5 tahun, yaitu dari 1932 sampai 1937, setelah kembali dari Jepang bekerja pada
Balai Pustaka sebagai redaktur.
Karangannya:
1. Pacoban (1933)
2. Bausastra Jawa
3. Kamus Umum Bahasa Indonesia dan
lain-lainnya
18. Yogi (A. Rival)
Lahir di Bonjol 1876. Guru bantu.
Sejak 1955 bertani dan berniaga. Terasa pengaruh ajaran Theosofi padanya.
19. Dr. Abu Hanifah (dengan nama
samara El Hakim)
Lahir tahun 1906 di Padang Panjang.
Keluaran Sekolah Tinggi Kedokteran, Jakarta. Menulis beberapa sandiwara.
20. Jamaluddin (dengan nama samara
Adi Negoro)
Pernah belajar di Stovia. Bergerak
dalam lapangan jurnalistik. (persuratkabaran) Darah Muda Asmara Jaya.
21. Soetomo Jauhari Arifin
Lahir tahun 1916 dekat Madiun.
Mengikuti kursus terkenal (tukang gambar) dan opname.
Karangannya: Andang Teruna
22. Hamidah (Nama sebenarnya Fatimah
Hasan Delais)
Lahir
di Mentok 13-6-1915. Meninggal 8-5-1953. Lepas dari sekolah Rakyat selanjutnya
ke Meisyee Normaal – School di Padang Panjang. Tahun 1926 mulai mengajar pada
Gr. di Mentok kemudian mengajar diPalembang Institut. Sambil bekerja belajar di
Palembang bahasa Inggris dan pegang buku. Gemar membaca karangan Shakespease.
Mengajar pada perguruan Taman Siswa sampai Jepang dating. Waktu revolusi
berjalan membuka sekolah sendiri, yang pada tahun 1949 diserahkan kepada
Pemerintah. Karangannya popular ialah: Kehilangan Mestika (roman)
23. Mozasa (Nama sebenarnya Mokhamat
Zain Saidi)
Lahir di Sumatra Timur 1913. Tahun
mengunjungi Normaalschool di Pematang Siantar masuk opleiding voor
Landbouwenderwizer di Pancosan (Bogor) 1934. Menjadi guru Sekolah Desa di
Kisaran 1935. Menjadi guru tani pada Verslgschool di Arnhemia. Karangan
sajaknya dimuat antara lain dalam Pujangga Baru.
24. Anas Maruf
Lahir tahun 1922. Fakultas Hukum (
Gajah Mada Jogyakarta 1946 – 1948). Banyak menterjemahkan karangan R. Tagore
(Kahir Citra, Sadhana).
25. Munis Samsul Azhar
Lahir di Kotaraja tahun 1921.
Fakultas Kesusasteraan Gajah Mada. Karangan : Sanjak “ Bunglon”.
26. Lauren Kostar Bohang.
Lahir tahun 1913 di Sangihe. AMSB.
Karangannya :
1. Essay tentang Amir Hamzah.
2. Setangkai Kembang Melati.
27. Rival Amin
Lahir tahun 1927 di padang Panjang.
Pendidikan SMA. Pekerjaan : Tukang catur, pembantu pada Badan Kepolisian,
redaktur majalah “ Nusantara”, redaktur majalah “ Gema Suasana”.
Karangannya :
1. Tiga menguak Takdir.
2. Tali Jangkat Putus
28. Asrul Sani
Lahir
di Sumatra Barat tahun 1926. pendidikan : Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan
Bogor. Di waktu revolusi memimpin Lasykar Rakyat. Kemudian masuk tentara, jadi
mahasiswa, menerbitkan harian perlawanan “
Suara Bogor” ; redaktur Gema
Suasana”.
Gubahannya :
1. Anak Laut ( Puisi)
2. Surat dari ibu ( Puisi)
3. Bola Lampu ( ceritera pendek ).
4. 40. Adrus
29. Idrus
Lahir 21-9-1921. di Padang. Di
samping Khairil Anwar dalam puisi, pembawa udara baru dalam prosa kesusasteraan
Indonesia. Mulai menulis lukisan-lukisan ceritera pendek dan sandiwara, sesudah
Jepang mendarat dalam tahun 1942. lukisan-lukisannya : Corat-coret di bawah
Tanah, di tulisnya semasa Jepang dan baru bisa di umumkan sesudah proklamasi
Indonesia merdeka. Sandiwara yang di tulisnya semasa Jepang dan baru bisa di
umumkan sesudahnya :
1. Drama Ave Maria
2. Keluarga Surono
3. Kejahatan membalas dendam
4. Dr. Bisma
5. Jibaku Aceh.
Perjalanan pandangan hidupnya
kelihatan dalam karangankarangannya Ave Marin ( ceritera pendek ), melalui
corat-coret di bawah Tanah sampai ke Surabaya dan jalan lain ke Roma, yang
dibukukan oleh Balai Pustaka di bawah nama : dari Ave Marin ke jalan lain ke
Roma.
30. Ananta Tur Pramoedya
Lahir di Blora tahun 1925.
pendidikan: SR. Blora dan Taman Dewasa Jakarta. Waktu Jepang : pegawai Domei;
permulaan revolusi ; fron–korenpondent resimen 6, divisi Siliwangi – di tawan
Belanda dari tahun 1947 – 1949.
Karangannya :
1. Perburuan
2. Subuh
3. Percika Revolusi
4.
Keluarga Gerilya
5. Di tepi kali Bekasi
6. Mereka yang di lumpuhkan.
31. Samiati Akisyahbana
Lahir tanggal 15-3-1930. pendidikan
His, SMP, SMA. Gubahannya :
1. Gambar Hidup ( puisi bebas )
2. Hanya mencoba ( puisi bebas)
3. Air Tenang ( puisi bebas).
32. S. Rukiah
Lahir 25 – 4 – 1927 di Purwakarta –
Pendidikan : Sekolah Guru tahun (C. V. O ). Guru Sekolah Rendah Gadis
Purwakarta. Karangannya :
1. Pohon Sunyi ( puisi bebas )
2. Pulasan Hidup ( puisi bebas )
33. Waluyati
Lahir 5 – 12 – 1924 di Sukabumi.
Pendidikan : ELS – Mulo – HBS. Besar perhatiannya kepada alam – Gemar melukis
dan main musik.
Gubahannya :
1. Telaga Remaja ( sonata berekor )
2. Nanti, Nantikanlah ( puisi bebas
)
3. Siapa ? ( puisi bebas )
4. Berpisah ( puisi bebas )
5. Engkau ( puisi bebas )
34. Rosihan Anwar
Lahir pada 10 – 5 – 1922 di Padang.
Pendidikan AMSI di Jogya, kemudian SMT. Jakarta. Pekerjaan wartawan “ Asin
Raya” – “ Merdeka” – “ Singsat” dialah yang mula-mula memakai nama “ Angkatan
45” sebagai nama suatu aliran. Karangannya : Radio Masyarakat ( ceritera pendek
).
35. H. B. Yassin
Ahli
kritik yang terkemuka dewasa ini. Tempat lahirnya di Minahasa. Banyak mengarang
kupasan-kupasan tentang hasil seni dan kebudayaan pada umumnya. Mula-mula
banyak mengubah syair, tetapi akhirnya lebih banyak menumpahkan perhatiannya
kepada soal menimbang dan memperkatakan hasil-hasil kesusasteraan.
Karangannya :
1. Pancaran cita ( 1946 kumpulan )
2. Gema Tanah Air ( kumpulan puisi
dan prosa ) ( 1942 – 1948 ).
3. Angkatan 45 ( 1951 )
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Angkatan
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama
terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan. Pujangga Baru pada mulanya hanyalah nama sebuah majalah bahasa dan
sastra yang mulai diterbitkan pada bulan Juli 1933. Nama majalah inilah yang
kemudian dipakai untuk menamai segolongan pujangga muda. Secara umum
karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru.
1. Tema pokok ceritanya tidak lagi berkisar pada
masalah adat, tetapi masalah kehidupan kota atau modern.
2. Mengandung nafas kebangsaan atau unsur
nasional.
3. Memiliki kebebasan dalam menentukan bentuk dan
isi.
4. Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa
Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan
ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup.
5. Romantik idealisme, dalam melukiskan sesuatu
dengan . bahasa yang indah-indah, tetapi sering terasa berlebihan.
6. Pengaruh asing yang cukup kuat adalah negeri
Belanda.
Sumbangan
yang terpenting dari angkatan Pujangga Baru dalam perkembangan sastra Indonesia
adalah pembaharuan di bidang puisi, roman dalam bentuk novel mulai
diperkenalkan para pengarang. Di samping itu, tulisan-tulisan dalam bentuk esai
dan kritik merupakan sesuatu yang bbaru, yang digunakan untuk memajukan kebudayaan
dan sastra Indonesia.
Penyair
yang dipandang paling kuat pada masa Pujangga Baru adalah Amir Hamzah yang oleh
H.B. Jassin digelari Raja Penyair Pujangga Baru. Ada penyair yang cukup kuat
pada masa ini, misalnya : Sanusi Pane, J.E. tatengkeng, Sultan Takdir Ali
Syahbana, dan Asmara Hadi.
3.2 Saran
Apa yang
dijelaskan penulis dalam makalah hanya sedikit tentang penjelasan tentang
angkatan Pujangga Baru. Oleh karena itu, bagi para pembaca yang sudah membaca
makalah ini diharapkan membaca sumber lain yang berhubungan dengan materi
angkatan Pujangga Baru. Khususnya mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Suroto. 1989. Apresiasi Sastra
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Ø Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa
Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ø Badudu, J.S. 1975. Sari
Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Ø Sutresna, Ida Bagus. 2006. Sejarah
Sastra Indonesia. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.