MAKALAH
Perkembangan
Kepribadian Peserta Didik dengan Kecerdasan Ganda, Perkembangan Kreativitas
Peserta Didik dan Perkembangan dalam Kelompok Sebaya
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen
: Nuniek Setya Sukmayani., Dra., M.Pd.
oleh:
Ismi Izzati 2A
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang memberi kami rahmat dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perkembangan Kepribadian
Peserta Didik dengan Kecerdasan Ganda, Perkembangan Kreativitas Peserta Didik
dan Perkembangan dalam Kelompok Sebaya”.
Menilai profil atau tingkat
kecedasan seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi kecerdasan gandanya.
Hingga kini tidak ada tes yang dapat menilai sifat atau kualitas kecerdasan
orang dengan benar-benar akurat. Tes-tes standar hanya mengukur sebagian kecil
dari keseluruhan spectrum kemampuan manusia. Cara terbaik menilai kecerdasan
ganda seorang atau bahkan diri sendiri adalah melalui penilaian kinerja secara
realistis pada berbagai macam tugas, kegiatan, dan pengalaman yang berkaitan dengan setiap kecerdasan.
Kami akan coba membahas lebih dalam
lagi tentang kecerdasan ganda yang dimiliki oleh peserta didik. Apa saja yang
termasuk dalam kecerdasan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kecerdasan.
Cirebon,
5 November 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 3
A. Latar Belakang......................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 3
C. Tujuan
Pembahasan.................................................................................. 4
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................ 5
A.
Pengertian kecerdasan............................................................................. 5
B. Faktor
yang mempengaruhi kecerdasan.................................................. 5
C. Alat kecerdasan....................................................................................... 7
D. Kecerdasan
ganda................................................................................... 8
E.
Implikasi perkembangan kreatifitas......................................................... 16
F. Kecerdasan ganda dalam hubungan teman sebaya................................. 17
BAB
III. PENUTUP.................................................................................... 25
A. Kesimpulan.............................................................................................. 25
B. Saran........................................................................................................ 25
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan
suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang
dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan
kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai
individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi
sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang
berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih
berorientasi kepada individu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Muncul keluhan dari pendidik atau guru bahwa mereka merasa bahwa menjelakan sejelas jelasnya tetapi ada saja anak didik yang tidak dapat memhami pelajaran dengan baik. Setiap kali orang belajar pasti melibatkan pikirannya dan didalam pikiran tersebut ada kecerdasan. Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah bahwa setiap individu memiliki tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahasnya di dalam makalah ini yaitu tentang “kecerdasan ganda (multiple intelligences)”.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Muncul keluhan dari pendidik atau guru bahwa mereka merasa bahwa menjelakan sejelas jelasnya tetapi ada saja anak didik yang tidak dapat memhami pelajaran dengan baik. Setiap kali orang belajar pasti melibatkan pikirannya dan didalam pikiran tersebut ada kecerdasan. Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah bahwa setiap individu memiliki tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahasnya di dalam makalah ini yaitu tentang “kecerdasan ganda (multiple intelligences)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang disebut dengan kecerdasan ganda ?
2. Apa saja jenis-jenis kecerdasan ganda ?
3. Bagaimana cara yang dilakukan pendidik dalam meningkatkan
kecerdasan ganda ?
4. Bagaimana implikasi perkembangan kreatifitas dalam
kecerdasan ganda ?
5. Bagaimana kecerdasan ganda dalam hubungan dengan teman
sebaya ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan ganda.
2. Untuk mengetahui jenis – jenis kecerdasan ganda.
3. Untuk mengetahui cara – cara yang dilakukan oleh pendidik
dan guru dalam meningkatkan kecerdasan ganda.
4. Untuk mengetahui implikasi perkembangan kreatifitas yang
dimiliki seorang anak.
5. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan ganda dalam teman
sebaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Menurut William Stern, kecerdasan
adalah kapasitass umum dari kesadaran individu untuk menyesuaikan pikirannya
terhadap persyaratan atau tuntutan baru. Sedangkan,Charless Spearman
menyebutkan bahwa kecerdasan merupakan dua kemampuan, yaitu kemampuan yang
memegang tugas-tugas Intelektual dan sejumlah kemampuan khusus (memecahkan
persoalan). Bailer dan charles mengungkapkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan dan memecahkan persoalan-persoalan baru. Menurut
Woudworh, kecerdasan itu sebagai suatu tindakan yang bijaksana dalam menghadapi
setiap situasi secara tepat dan berhasil.
Menurut Gardner, intelegensi bukan hanya sekedar nilai-nilai
IQ semata, melainkan merupakan kepingan-kepingan kemampuan yang berlokasi pada
bagian-bagian yang berbeda dari otak. Kemampuan-Kemampuan ini saling
berhubungan, namun strategi mengembangkan potensi kecerdasan anak bekerja
secara mandiri. Intelegensi itu tidak statis atau menetap sejak lahir. Jean
Piaget melakukan penelitian pada perkembangan intelektual anak sejak lahir
hingga dewasa. Dan ia membagi perkembnagan itu menjadi empat tahap, yaitu tahap
sensori motorik, praoperasional formal. Dalam perkembnagan sensori-motorik,
anak dapat menghubungkan anatara indra dan aktifitas, motoriknya melalui
percobaan, dan anak mulai membedakan diri dari realitas diluar dirinya. Dalam perkembnagan
praopreasional, anak mulai menggunakan bahasa dan dapat mengubah objek-objek
kedalam bentuk simbol, baik dalam pikiran maupun kata, namun masih bersifat
egosentris. Perkembnagan operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir
logis dan memahami konsep konservasi.
B. Faktor Yang Memengaruhi
Kecerdasan
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:
- Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak
lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah,
antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
Meskipun banyak argumentasi para ahli tentang besaran
pengaruh genetika atau faktor keturunan dalam perkembangan kecerdasan
seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak berpengaruh.
Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh
terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya
seseorang akan berpikir dan bertindak dengan menggunakan ketiga aspek itu
secara simultan.
- Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
- Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
- Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan.
- Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga
bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
- Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar yang dapat mendorong
pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh
dan berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir
hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang baik dari ibunya akan
tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang kurang mendapat
perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi. Bila hal ini
berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi kecerdasan yang
dimilikinya.
- Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian
termasuk potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang memberikan stimulus dan
tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan akan memperkuat mental dan
kecerdasan.
- Kemauan dan Keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri seseorang membantu meningkatkan
daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah. Kemauan dan keputusan sering dijelaskan
dalam teori motivasi. Dorongan positif akan timbul dalam diri seseorang sejalan
dengan lingkungan yang kondusif, sebaliknya jika lingkungan kurang menantang
sulit untuk membangun kesadaran untuk berkreasi. Otak yang paling cerdas
sekalipun akan sulit mengembangkan potensi intelektualnya.
9. Aktivitas Belajar dan Kegiatan Harian
Aktivitas dan kebiasaan manusia merupakan pengalaman yang
sangat berharga dan bermakna bagi kesuksesan seseorang. Menggali kebiasaan
hidup sehari-hari sangat membantu dalam memetakan pengalaman belajar yang
dipadukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat.
Implikasi dari model belajar terpadu melalui aktivitas dan pengalaman nyata
pada intinya menyerukan perubahan fundamental dalam praktek bersekolah-di-rumah
yang bersifat padagogis dengan rangkaian pengembangan kemampuan majemuk melalui
kebiasaaan dan pengalaman yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks
pembelajaran di rumah, aktivitas merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun
berdasarkan nilai-nilai, kebiasaan, tindakan, kerjasama dan keputusan yang
dirangkaikan melalui pola hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di
sekitarnya. Pelatihan bukan upaya menerampilan suatu kemampuan tertentu kepada
sebagian kelompok masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar berinteraksi
dan merencanakan perubahan kedepan.
C. Alat Kecerdasan
Di dalam tubuh manusia terdapat
sebuah alat yang sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang yaitu otak. Otak adalah organ yang sangat kompleks.
Seluruh tubuh dan gerak kita selalu ada di bawah kendali otak. Otak bergerak
berdasarkan pikiran. Antara otak dan pikiran sulit dipisahkan. Otak adalah
orang nyata yang kasatmata, sebaliknya pikiran bersifat abstrak dan tidak bisa
dilihat. Hasil kerja pikiran adalah nyata, dan ini merupakan hasil kerja otak
juga, yang menandakan bahwa pikiran dan otak pada saat bekerja selalu bekerja
sama.
D.
Kecerdasan Ganda
1. Pengertian Kecerdasan Ganda
Istilah kecerdasan atau
intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai pendidik. Namun
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang kecerdasanpun
berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian
tentang otak manusia. Setiap individu tidak hanya memiliki satu kecerdasan
tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda.
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple
Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner – seorang professor psikologi
dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan
kecerdasan individu.Jerold E. Kemp dan kawan-kawan mengemukakan (1996) beberapa
karakteristik individu siswa yang perlu dipahami antara lain :
• Age and maturity level
• Motivation and attitude toward
subject
• Expectation and vocational level
• Special Talent
• Mechanical Dexterity
• Ability to work under various
enviro condition.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu
dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru
yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam
memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan.
Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif
yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi
yang aa pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh
sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang.
Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka
secara optimal.
2. Jenis – Jenis Kecerdasan
Ada delapan
jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu :
A. Intelegensi Bahasa (Linguistik)
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi bahasa :
a. Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.
b. Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan senang berbahasa asing.
c. Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau kalimat baik lisan ataupun tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan maupun tertulis.
e. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai mengingat dan menghafal.
g. Humoris.
Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu
• Pengarang
• Penyair
• Wartawan
• Pembicara
• Pembaca berita
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi bahasa :
a. Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.
b. Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan senang berbahasa asing.
c. Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau kalimat baik lisan ataupun tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan maupun tertulis.
e. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai mengingat dan menghafal.
g. Humoris.
Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu
• Pengarang
• Penyair
• Wartawan
• Pembicara
• Pembaca berita
B.
Intelegensi Logis – matematis
Kecerdasan logis matematis
memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau
kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi
matematis yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu
yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi logis
matematis :
a. Senang bereksperimen, bertanya,
menyusun atau merangkai teka – teki.
b. Senang dan pandai berhitung dan
bermain angka.
c. Senang mengorganisasikan sesuatu,
menyusun scenario.
d. Mampu berfikir logis baik
induktif maupun deduktif.
e. Senang silogisme .
f. Senang berfikir abstraksi dan
simbolis.
Contoh – contoh orang yang memiliki
kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur,
dan pemprogram computer
C.
Intelegensi Visual Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan
spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga
dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut,
pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu
dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan
mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
Berikut ini karakteristik individu
yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi visual spasiall :
a. Senang merancang sketsa, gambar,
desain grafik dan table.
b. Peka terhadap citra, warna dan
sebagainya.
c. Pandai menvisualisasikan ide.
d. Imaginasinya aktif.
e. Mudah menemukan jalan pada ruang.
f. Mempunyai presepsi yang tepat
dari berbagai sudut.
g. Mengenal relasi benda – benda
dalam ruang.
D.
Intelegensi Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan
dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang
yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor,
musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap
unsur suara.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal :
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal :
a. Pandai mengubah atau mencipta
musik.
b. Senang dan padai bernyanyi.
c. Pandai mengoperasikan musik serta
menjaga ritme.
d. Mudah menangkap musik.
e. Peka terhadap suara dan musik.
E.
Intelegensi Kinestetik Tubuh
Kecerdasan kinestetik tubuh
adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap
melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan
kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestetik tubuh. :
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestetik tubuh. :
a. Senang menari atau akting.
b. Pandai dan aktif dalam olahraga
tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimic.
e. Koordinasi dan fleksibilitas
tubuh tinggi.
f. Senang dan efektif berfikir
sambil berjalan, berlari dan berolahraga.
g. Pandai merakit sesuatu menjadi
suatu produk.
h. Senang bergerak atau tidak bisa
diam dalam waktu yang lama.
i. Senang kegiatan di luar rumah.
F.
Intelegensi Intrapersonal
Kecerdasan interpersonal adalah
kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan
interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat
dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor,
politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan
salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
Berikut ini individu yang
menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intra personal :
a. Mampu menilai diri sendiri dan
bermediasi.
b. Mampu mencanangkan tujuan,
menyusun cita – cita dan rencana hidup yang jelas.
c. Berjiwa bebas.
d. Mudah berkonsentrasi.
e. Keseimbangan diri.
f. Senang mengekspresikan perasaan –
perasaan yang berbeda.
g. Sadar akan realitas spiritual.
G.
Intelegensi Interpersonal (Sosial)
Kecerdasan intrapersonal
diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana
dan mengarahkan orang lain.
Berikut ini karakteristik individu
yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intrapersonal
:
a. Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin
dalam organisasi.
b. Mampu bersosialisasi, menjadi
mediator, bermain dalam kelompok bekerja sama dalam tim.
c. Senang permainan berkelompok dari
pada individual.
d. Biasanya menjadi tempat mengadu
orang lain.
e. Senang berkomunikas verbal dan
nonverbal.
f. Peka terhadap teman.
g. Suka memberi feedback.
h. Mudah mengenal dan membedakan
perasaan dan pribadi orang lain.
H.
Intelegensi Naturalis
Keahlian mengenali dan
mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam
adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan
ini.
Berikut ini karakteristik individu
yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi naturalis :
a. Senag terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan
a. Senag terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan
binatang dan berburu.
b. Pandai melihat perubahan cuaca,
meneliti tanaman.
c. Senang kegiatan di alam terbuka.
3.Cara
Meningkatkan Kecerdasan Ganda
Gambaran umum dalam pembelajaran
saat guru menjelaskan adalah ada anak yang senang menerima pelajaran dan
berbagai macam sifat siswa di dalam tingkat kecerdasannya. Menurut Thomas
Amstrong, kita tidak dapat memberi label mereka sebagai “pebelajar verbal”,
“pebelajar visual” atau “pebelajar kinestesis” atau seterusnya karena tujuan dari
suatu kegiatan pembelajaran adalah untuk memperluas dan mengembangkan
intelegensi/ kecerdasan anak didik. Tugas guru dan pendidik adalah bagaimana
menciptakan suasana belajar yang dapat mengembangkan semua kecerdasan yang ada
pada setiap individu anak didik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan yaitu sebagai
berikut :
• Mengaktifkan seluruh indra anak
didik
• Melatih intelegensi / kecerdasan
yang berimbang
• Melatih silang intelegensi /
kecerdasan yang bebeda.
4.
Faktor – Faktor Penting dalam Meningkatkan Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda
dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan komponen-komponen sistem
persekolahan sebagai berikut :
• Orang tua murid
• Guru
• Kurikulum dan fasilitas
• Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini
orang tua murid perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori
kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks
pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak
mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan
kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat
penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar implementasi teori
kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
• Kemampuan guru dalam mengenali
kecerdasan individu siswa
Kemampuan guru dalam mengenali
kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting.
Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus
ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan
antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk
mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
• Kemampuan mengajar dan
memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsungØ
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsungØ
30 % belajar kooperatifØ
30% belajar independentØ
Implementasi teori kecerdasan ganda
membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources),
tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam
menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru
yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan
yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen
musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang
baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal. Sekolah yang menerapkan teori
kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang
berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam
meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media
pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
5. Kecerdasan Ganda dalam
pembelajaran
Teori kecerdasan majemuk ini menjelaskan fungsi kognitif
yang menyatakan bahwa seseorang memiliki kapasitas dalam kesepuluh kecerdasan
tersebut dan berjalan secara bersamaan dengan cara yang berbeda pada setiap
orang. Orang pada umumnya mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat
penguasaan tertentu. Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang
kompleks, karena kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Kecerdasan
majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam satu
kecerdasan tertentu maupun antarkecerdasan.
Setiap individu memiliki kesepuluh kecerdasan dan dapat
dikembangkan sampai pada tingkat kompetensi yang paling optimal. Di sisi lain,
masing-masing anak memiliki kecenderungan terhadap kecerdasan tertentu atau
kelebihan yang ditunjukkan melalui perilaku spesifik. Dalam pembelajaran harus
dihindari pembatasan kemampuan hanya dalam satu kategori atau wilayah
kecerdasan tertentu saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan
sebagai orang yang sedang melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang memungkinkan
mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pengembangan
kecerdasan dapat dilakukan dengan teknik “tutor sebaya”, dengan cara guru
menyeleksi anak yang memiliki keunggulan dalam bidang tertentu. Anak yang
memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya, diminta untuk
membimbing teman-temannya yang kurang dalam bidang matematika. Demikian juga
untuk bidang kecerdasan yang lain.
Menilai potensi dan cara anak dalam mencapai tujuan tertentu
merupakan langkah awal dalam mengenal kecerdasan ganda. Tidak sada satu tes pun
yang dapat menghasilkan keputusan yang komprehensif mengenai kecerdasan dan
potensi pembelajar. Tidak selamanya tes formal mampu memberikan informasi yang
cukup mengenai kecerdasan seseorang, namun perlu dilengkapi dengan berbagai
alat uji lain seperti catatan sederhana, laporan pertumbuhan fisik, dan
observasi. Indikator pengamatan yang baik dapat menunjukkan kecenderungan
terhadap aspek kecerdasan seseorang, terutama cara menggunakan waktu luang, minat
terhadap suatu objek, kebiasaan dan tindakan yang menonjol. Secara sederhana
observasi membantu dalam menggali kecenderungan kemampuan seseorang dan
menentukan wilayah lain yang perlu dioptimalkan. Menyatukan seluruh kecerdasan
yang dimiliki menjadi prinsip yang dipegang oleh pendidik dan orang tua.
E.
Implikasi Perkembangan Kreatifitas
Secara umum kreativitas dapat
diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap tentang sesuatu dengan cara
yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap
berbagai persoalan. Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas
merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan
imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu, kreativitas
lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif daripada reproduktif. Desmita
dalam bukunya Psikologi Perkembangan (2008:176) memaparkan tentang
perhatian para psikolog dan kalangan dunia pendidikan terhadap kreativitas
sebagai salah satu aspek dari fungsi kognitif yang berperan dalam prestasi anak
di sekolah, yang bermula dari pidato Guilford tahun 1950. Guilford dalam
pidatonya menegaskan bahwa kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur
pendidikan guna mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan seni.
Menyadari posisi strategis
kreativitas dalam kehidupan peserta didik, perlu dikemukakan berbagai upaya
yang dapat mendukung pengembangan kreativitas terhadap pendidikan. Namun dalam
kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada peserta didik,
melainkan hanya memungkinkan untuk dapat dimunculkan. Oleh sebab itu,
Treffinger (Depdikbud, 1999:105) mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang
dapat dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta
didik, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru
diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan berbagai media,
menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan posisi peserta didik
sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang
tepat sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.
F. Kecerdasan Ganda dalm Hubungan
dengan Teman Sebaya
A. latar belakang dari hubungan dengan teman sebaya:
1)
Adanya perkembangan proses sosialisasi. Pada usia remaja (usia anak SMP dan
SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar
memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang
dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kelompok yang sesuai dengan
keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan
merasa diterima dalam kelompok.
2)
Kebutuhan untuk menerima penghargaan. Secara psikologis, individu butuh
penghargaan dari orang lain, agar mendapat kepuasan dari apa yang telah
dicapainya. Oleh karena itu individu bergabung dengan teman sebayanya yang
mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Sehingga
individu merasakan kebersamaan/kekompakan dalam kelompok teman sebayanya.
3)
Perlu perhatian dari orang lain. Individu perlu perhatian dari orang lain
terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemukan dalam
kelompok sebayanya, di mana individu merasa sama satu dengan yang lainnya,
mereka tidak merasakan adanya perbedaan status, seperti jika mereka bergabung
dengan dunia orang dewasa.
4)
Ingin menemukan dunianya. Di dalam peer group individu dapat menemukan
dunianya, di mana berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan
pembicaraan di segala bidang. Misalnya: pembicaraan tentang hobi dan hal-hal
yang menarik lainnya.
B. Hakikat
teman sebaya / peer group
Peer group bagaimanapun juga terbentuk mulai
dari kelompok informal ke organisasi. Semula individu yang bukan anggota kelompok
sekarang menjadi anggota kelompok teman sebayanya. Anak-anak sebaya akan
berinteraksi dengan anggota teman sebayanya, sehingga ia bertumbuh di dalamnya.
Peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri
baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini juga dimiliki oleh organisasi sosial
lainnya dan merupakan harapan bagi anggota kelompoknya. Aturan-aturan itu,
misalnya bagaimana menolong teman sekelompoknya atau bagaimana memanggil teman
bila bertemu di jalan. Peer group menyatakan tradisi-tradisi mereka,
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, bahkan bahasa mereka. Karena dalam peer
group mempunyai aturan-aturan tersendiri maka mereka juga ingin menunjukkan
ciri khas kelompoknya dengan tradisi atau kebiasaan mereka. Dalam kelompok itu
ada standar tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan
dalam bertingkah laku.
Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya
disetujui oleh harapan-harapan orang dewasa. Pembentukan kelompok sebaya
seperti kelompok bermain di sekitar anak secara tidak langsung disetujui oleh
orang tua, karena orang tua mudah mengawasinya. Atau kelompok teman di
sekolahnya disetujui oleh guru, karena memenuhi harapan guru agar anak
berkembang hubungan sosialnya. Pada kenyataannya peer group diketahui
dan diterima oleh sebagian besar orang tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan
sosial individu sering tidak dikenal oleh anak. Sebagai perbandingan dengan
lembaga sosial lainnya seperti keluarga atau sekolah, maka peer group
anak belajar tentang hubungan sosialnya dari yang sempit sampai hubungan
sosialnya yang semakin luas, dari teman sebaya di rumah sampai teman sekolahnya
dan hal ini dapat
C. Fungsi
teman sebaya
Fungsi-fungsi tersebut adalah
sebagai berikut:
- Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. Misalnya: orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
- Mengajarkan mobilitas sosial. Mobillitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Dalam hal ini Neugarten mengadakan penyelidikan pada kelas V dan VI, mendapatkan data bahwa apabila mereka ditanya siapa teman mereka yang paling baik, kebanyakan mereka menunjuk anak yang berasal di atas sosial mereka, baru kemudian anak dari kelas mereka sendiri.
- Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya: anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan sebagainya.
- Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masayarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. Peer group di masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil, maka di mata masyarakat peer group itu berhasil. Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga baik.
- Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.
- Peer group mengajar moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.
- Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau untuk menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya.
- Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru. Anak belajar tentang tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat dalam keluarga. Dalam keluarga yang strukturnya lebih sempit, anak belajar bagaimana menjadi anak dan saudara. Sekarang dalam peer group mereka belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana mereka berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain, dan bagaimana menjadi seorang pemimpin dan pengikut. Peer group menyediakan peranan yang cocok bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.
D.
Ciri-ciri teman sebaya
Adapun ciri-ciri daripada peer
group adalah sebagai berikut:
- Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Peer group terbentuk secara spontan. Di antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Di mana semua anggota beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin, biasanya anak yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota merasa sama kedudukan dan fungsinya.
- Bersifat sementara. Karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, maka kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, lebih-lebih jika yang menjadi keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah. Yang terpenting dalam peer group adalah mutu hubungan yang bersifat sementara.
- Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas. Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka pada umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda lingkungannya, di mana mempunyai aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda-beda pula. Lalu mereka memasukkannya dalam peer group, sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasan-kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan-kebiasaan kelompok.
- Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkritnya pada anak-anak usia SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama.
E. Pengaruh perkembangan teman sebaya
Menurut
Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:
- Kelas-kelas sosial. Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial ekonomi individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.
- ‘In’ dan ‘Out’ group. ‘In’ group adalah teman sebaya dalam kelompok. ‘Out’ group adalah teman sebaya di luar kelompok. Contoh yang mudah mengenai ‘in’ dan ‘Out’ group ini dapat kita rasakan dalam kelas, di mana kita mempunyai teman akrab dan teman tidak akrab (biasa). Teman yang akrab tersebut dinamakan ‘in’ group dan teman yang lainnya kita sebut ‘Out’ group.
Pengaruh
lain dalam peer group ini ada yang positif dan ada yang negatif.
Pengaruh
positif dari peer group adalah:
- Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
- Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
- Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).
- Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih bakatnya.
- Mendorong individu untuk bersikap mandiri.
- Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
Pengaruh
negatif dari peer group adalah;
- Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
- Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
- Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.
- Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
- Timbulnya pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara kelompok kaya dengan kelompok miskin.
Berikut
ini akan diuraikan beberapa aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan
teman sebayanya.
a. Karakteristik hubungan anak usia sekolah
dengan teman sebayanya.
Seperti
halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan
aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir
anak-anak. Barker dan Wright dalam Desmita (2009:224) mencatat bahwa: anak-anak
usia 2 tahun menghabiskan 10 % dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan
teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi
dengan teman sebaya meningkat menjadi 20 %. Sedangkan anak usia 7 hingga 11
tahun meluangkan lebih dari 40 % waktunya untuk berinteraksi dengan teman
sebaya.
b. Pembentukan kelompok
Interaksi
teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup atau
kelompok, sehingga periode ini sering disebut “usia kelompok”. Pada masa itu,
anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah, atau melakukan
kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki
keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak
puas bila tidak bersama teman-temanya.
Dalam
menentukan sebuah kelompok teman, anak usia sekolah dasar lebih menekankan
pentingnya aktivitas bersama-sama, seperti berbicara, berkeluyuran, berjalan ke
sekolah, berbicara melalui telepon, mendengarkan musik, bermain game, dan
melucu. Tinggal di lingkungan yang sama , bersekolah di sekolah yang sama, dan
berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang sama, merupakan dasar bagi
kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya.
Krasnor
dalam Desmita (2009:225) mencatat bahwa:
Adanya
perubahan sifat dari kelompok teman sebaya pada anak usia sekolah. Ketika anak
berusia 6 hingga 7 tahun, kelompok teman sebaya tidak lebih dari pada kelompok
bermain; mereka memiliki sedikit peraturan dan tidak terstruktur untuk
menjelaskan peran dan kemudahan berinteraksi di antara anggota-anggotanya.
Kelompok terbentuk secara spontan. Ketika anak berusia 9 tahun,
kelompok-kelompok menjadi lebih formal. Sekarang anak-anak berkumpul menurut
minat yang sama dan merencanakan perlombaan-perlombaan. Mereka membentuk klub
atau perkumpulan dengan aturan-aturan tertentu. Kelompok-kelompok ini mempunyai
keanggotaan inti; masing-masing anggota harus berpartisipasi dalam aktivitas
kelompok, dan yang bukan anggota dikeluarkan.
c. Popularitas, Penerimaan Sosial, dan
Penolakan
Pada
anak usia sekolah dasar mulai terlihat adanya usaha untuk mengembangkan suatu
penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara. Hal ini terlihat pada
anak-anak kelas dua atau kelas tiga yang telah memiliki stereotip budaya
tentang tubuh. Misalnya saja dalam hal ini mereka menilai bahwa anak laki-laki
yang tegap (berotot) lebih disenangi dari pada anak laki-laki yang gemuk atau
kurus. Kemudian, pemilihan teman dari anak-anak ini terus meningkat dengan
lebih mendasarkan pada kualitas pribadi, seperti kejujuran, kebaikan hati,
humor, dan kreativitas.
Para
ahli psikologi perkembangan telah lama mempelajari pembentukan kelompok teman
sebaya dan status dalam kelompok untuk mengetahui anak-anak yang cenderung
menjadi populer. Para peneliti juga telah melakukan penelitian untuk menentukan
mana anak-anak yang sering sendiri dan mana anak yang disenangi oleh anak-anak
lain. Dalam penelitian ini, mereka telah menggunakan suatu teknik yang disebut
sosiometri (Hallinan, 1981), yaitu suatu teknik penelitian yang digunakan untuk
menentukan status dan penerimaan sosial anak di antara teman sebayanya. Dalam
hal ini, mereka secara khas menanyakan kepada anak-anak yang tergabung dalam
suatu organisasi (misalnya dalam ruang kelas), tentang mana anak-anak yang
pantas dikelompokkan sebagai “teman baik”, yang “paling disukai oleh anak-anak
lain”, atau yang “kurang disukai”. Atas dasar jawaban-jawaban dari anak-anak
tersebut, para peneliti menyusun sebuah sosiogram, yaitu suatu diagram yang
menggambarkan interaksi anggota suatu kelompok, atau bagaimana perasaan
masing-masing anak dalam suatu kelompok terhadap anak-anak lain. Sosiogram ini
menentukan mana anak-anak yang diterima oleh anak-anak lain, mana yang diterima
sedikit teman sekelas, dan mana anak yang tidak diterima oleh seorang pun.
Berdasarkan informasi ini, kemudian peneliti membedakan anak-anak atas dua,
yaitu anak yang populer dan anak yang tidak popular.
v Anak
yang Populer
Popularitas
seorang anak ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi yang dimilikinya.
Hartup, 1983 (dalam Desmita, 2009) mencatat bahwa anak yang populer adalah anak
yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, dan sangat
mudah bekerjasama dengan orang lain.
Asher et al., 1982 (dalam Desmita, 2009), juga mencatat bahwa anak-anak
yang populer adalah anak-anak yang dapat menjalin interaksi sosial dengan
mudah, memahami situasi sosial, memiliki keterampilan yang tinggi dalam
hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak dengan cara-cara yang
kooperatif, prososial, serta selaras dengan norma-norma kelompok. Popularitas
juga dihubungkan dengan IQ dan prestasi akademik. Anak-anak lebih menyukai anak
yang memiliki prestasi sedang, mereka sering menjauh dari anak yang sangat
cerdas dan yang sangat rajin di sekolah, demikian juga halnya dengan mereka yang
pemalas secara akademis (Zigler & Stevenson, 1993).
v Anak
yang tidak Populer
Anak yang tidak populer dibedakan atas
dua tipe, yaitu: anak-anak yang ditolak dan anak-anak yang diabaikan. Anak-anak
yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian dari teman-teman
sebaya mereka, tapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman
sebayanya. Anak-anak yang ditolak adalah anak yang tidak disukai oleh
teman-teman sebaya mereka. Mereka cenderung bersifat mengganggu, egois, dan
mempunyai sedikit sifat-sifat positif.
Anak-anak yang ditolak kemungkinan untuk
memperlihatkan perilaku agresif, hiperaktif, kurang perhatian atau ketidak
dewasaan, sehingga sering bermasalah dalam perilaku dan akademis di sekolah
(Putallaz & Waserman, 1990). Akan tetapi tidak semua anak-anak yang ditolak
bersifat agresif.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar tidak saja mengangkat
hal-hal yang bersifat kognitif saja dan mencakup kemampuan satu aspek
kecerdasan, tetapi menghidupkan secara utuh dan alamiah seluruh kecerdasan
melalui pendekatan yang sesuai. Mendidik dan melatih merupakan serangkaian
tindakan yang dilakukan orang tua atau fasilitator dalam merangsang seluruh
kecerdasan dan memperbaiki aspek-aspek yang masih lemah. Oleh karena itu, kemampuan
mendidik sangat erat kaitannya dengan kemampuan mengidentifikasi dan melihat
potensi kecerdasan pebelajar serta memahami bagaimana hal itu dikumpulkan dalam
suatu rangkaian belajar yang menarik.
Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan
menjadi aktivator bagi perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan
berikutnya. Sedangkan pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah,
dan pengalaman emosi negatif lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan
pada tahap perkembangan berikutnya.
Perkembangan kecerdasan dapat dilakukan dengan teknik
konseling tutor sebaya. Dengan cara, guru menyeleksi siswa yang memiliki
keunggulan dalam bidang tertentu. Anak yang memiliki keunggulan di bidang
matematika misalnya, diminta membimbing teman-temannya yang kurang matematika.
Pembimbing di dalam kelompok dapat bergantian tergantung pada kecerdasan apa
yang akan dikembangkan.
B. Saran
Dari makalah yang penulis sampaikan adapun saran penulis
adalah setelah membaca makalah ini diharapkan agar setiap orang mau belajar
untuk mengasah kecerdasan yang dimilikinya sehingga jika setiap orang mampu
menggunakan inteligensi / kecerdasannya yang paling kuat maka mereka akan
menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
v Asri Budiningsih. 2005. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Citra.